Mohon tunggu...
Indri Permatasari
Indri Permatasari Mohon Tunggu... Buruh - Landak yang hobi ngglundhung

Lebih sering dipanggil landak. Tukang ngglundhung yang lebih milih jadi orang beruntung. Suka nyindir tapi kurang nyinyir.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Batman vs Superman: Dawn of Justice, Menyenangkan Meski Kurang Greget

23 Maret 2016   19:38 Diperbarui: 24 Maret 2016   09:25 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber: Moviepilot"][/caption]Niat hati ingin melihat Kungfu Panda 3 yang sudah sekian lama nangkring di layar tancap, tapi apa daya ternyata hati berpaling ke film superhero. Ya mungkin saya hanya mengikuti mata yang secara kurang ajar pingin mengganti pemandangan perut bulat Po dengan perut kotak-kotak milik Mas Ben dan Henry.

Meski bukan fans Batman atau Superman, tapi sebagai penikmat film superhero tentu saja saya langsung antusias untuk melihatnya di layar lebar karena sensasinya akan lebih luar biasa disbanding jika nonton di layar kaca. Tapi jujur saja, saya tidak mengintip trailer ataupun review film ini sebelumnya biar pikiran saya bebas dari spoiler apapun.

Menyandang judul resmi yang cukup panjang Batman v Superman: Dawn of Justice. Film berbudget sekitar seperempat juta US dolar ini dipercayakan ke tangan Zack Snyder, yang juga menukangi film Superman sebelumnya, Man of Steel ,3 tahun lalu.

Tiket sudah didapat, makanan dan minuman sudah dalam genggaman. Saatnya kaki melangkah masuk ke dalam sinema. Studio lumayan penuh untuk pemutaran sore dan kemungkinan akan semakin berjubel di malam hari. Logistic dan kuras vesica urinaria sangat saya anjurkan karena durasi film yang lamanya 153 menit.

 [caption caption="Mbak, gegermu koq bolong? (www.imdb.com)"]

[/caption]Sebelum meneruskan membaca, saya mohon maaf kalau nantinya tulisan nggambleh ini mengandung kontaminasi spoiler dimana-mana. Tulisan ini juga murni opini saya pribadi yang sifatnya sangat subyektif. Jadi kalau njenengan mau tetap bertahan membaca saya harap kadar sensi nya diturunkan dulu sampai level ndlosor biar ndak panas hati.

Cerita dimulai dengan sedikit flashback. Ada Bruce Wayne yang (semua fans pasti sudah tahu) telah jadi yatim piatu sejak kecil karena kedua orangtuanya dibunuh. Kemudian diperlihatkan pula superman yang berantem dengan musuhnya yang mengakibatkan banyak penduduk tidak bersalah menjadi korban dalam imbas pertarungan itu.

 [caption caption="Tanda tangan nanti, saya mau pose dulu (www.imdb.com)"]

[/caption]Dari sini kisah pun bergulir. Keberadaan Superman yang memang manusia super karena bukan manusia itu mendapat reaksi pro dan kontra di tengah masyarakat. Yang mendukung berpendapat bahwa Superman adalah penyelamat, sedangkan yang kontra berasumsi Superman bertindak berdasar kemauan sendiri tanpa legitimasi dan juga egois karena tidak berpikir tentang dampak buruk yang menjadi imbas.

Superman alias Clark Kent (Henry Cavill) pun akhirnya bimbang meski tak jatuh menjadi galau. Ia merasa apa yang sudah dia kerjakan selama ini adalah demi melindungi masyarakat kota metropolis, terlepas mereka suka atau tidak. Sementara itu di kota Gotham, Batman a.k.a Bruce wayne (Ben Affleck) masih getol berjibaku menumpas penjahat.

Hingga satu saat, ketidaksukaanya kepada Superman mencapai level maksimal sampai ia bersumpah akan membunuh Superman karena dipandang sudah mengancam kemaslahatan umat.

Oke, bagaimana? Saya yang kurang faham letak geografis antara kota Metropolis dan Gotham sebelumnya akhirnya tercerahkan setelah nonton film ini. Ternyata Superman dan Batman ini hidup bertetangga, hampir seperti The Arrow dan The Flash yang tinggal di Starling dan Central City.

Oh ya hampir lupa, gak mungkin kan film superhero tanpa tokoh antagonis. Dan di film ini yang didapuk jadi penjahat adalah Lex Luthor (Jesse Eisenberg). singkatnya sih, Lex ingin melenyapkan Superman dari muka bumi. Ia bahkan memiliki batu Kripton yang jadi kelemahan si manusia super, meski batu itu akhirnya jatuh ke tangan batman yang mencurinya.

Lha namanya juga orang jahat, ada kesempatan nabok nyilih tangan yo dimanfaatkan dengan baik. Lex pun memanfaatkan kebencian Batman kepada Superman untuk mencapai tujuannya. “kamu bunuh manusia kelelawar itu, atau aku bunuh ibumu” . Walah ternyata si Lex sudah menyandera ibu Clark, Martha Kent (Diane Lane). Duh saya ini kalau liat Tante Lane koq malah ingatnya film Unfaithful yang agak uhuk ehem itu, ups.

***

[caption caption="bye-bye rambut gondronk (www.imdb.com)"]

[/caption]Seperti judulnya, tibalah saatnya pertarungan dua jagoan berjubah itu. Agak gemes sih lihat Batman tetap ngotot jotos-jotosan, padahal Supermannya mau ngomong menjelaskan sesuatu. Ini kan jadi agak mirip dedek-dedek gemes yang nuding selingkuh pacarnya tanpa mau mendengarkan penjelasan. 

Sudah bag big bug, luka sana sini, Batman di atas angin dan nyaris berhasil membunuh Superman dengan tombak Kriptonnya. Namun jreng-jreng, Lois (Amy Adams) datang tepat waktu dan berhasil menyelamatkan nyawa pacarnya di detik-detik terakhir.

Tu kan, Batman ini bias gender, giliran cewek cantik yang njelasin langsung didengarkan. Ehm tapi adegan berantem mereka ini keren koq dan jadi scene favorit buat saya.

Di tempat lain, Lex Luthor yang pinter tapi edan berhasil menghidupkan kembali Jenderal Zod menjadi Monster raksasa yang penampakannya mirip adonan belum matang. Bersama-sama, Batman dan Superman yang akhirnya berteman berusaha mengalahkan monster itu. Weits tapi tunggu, sekarang mereka ada yang bantu,  iya ada mbak-mbak cantik superhero ber rok super mini, dialah Wonder Woman (Gal Gadot).

Sejurus kemudian munculnya wonder woman membuat para penonton pria bisa bernafas lega, eh. Bagaimana kisah selengkapnya? Hmm..kalau itu sih monggo dipirsani sendiri daripada saya ceritakan disini dan nantinya dikepruki.

***

[caption caption="Segeran jeng ..(www.imdb.com)"]

wonder-womanv2-56f2a8ba939373f309065c53.jpg
wonder-womanv2-56f2a8ba939373f309065c53.jpg
[/caption]Batman v Superman : Dawn of Justice ini banyak yang me review nya dengan positif namun tidak sedikit juga yang memberikan stempel buruk. Kalau bagi saya sih, film ini cukup menyenangkan walaupun masih terasa kurang greget. Mungkin karena saya fans Nolan dan tentu saja fanatik Christian Bale. Bagi saya Bale adalah Bruce Wayne, gitu aja sih sederhananya.

Ben Affleck tidak bermain buruk karena memang dia actor berkelas, namun saya lebih suka kalau Affleck bermain drama. Meski begitu chemistry antara Bruce dengan Alfred (Jeremy Irons) sangat menyenangkan. Henry Cavill masih konsisten dengan perannya sebagai Clark dengan dialog yang tidak terlalu banyak namun cukup memesona sebagai superhero.

Bagaimana dengan Amy Adams, hmm meski talenta acting Amy tidak banyak digunakan di film ini, tapi setidaknya Lois tidak terlalu mengganggu dengan hobinya jerit-jerit minta tolong seperti saat di Man of Steel. Ya mungkin karena mbak nya sudah tahu, tanpa jejeritan juga pasti sudah ditolong sama pacarnya yang manusia super itu.

Namun kredit mesti saya berikan kepada Jesse Eisenberg yang begitu gemilang menjadi Lex Luthor. Menurut saya sih, Jesse benar-benar berhasil menjadikan sosok Lex dalam bentuk lain. Lex yang “cerdas namun sakit jiwa”. Ndak perlu pakai membelalakkan mata atau marah-marah, hanya dengan gesture dan mimic yang pas menjadikan Lex sempurna sebagai Villain yang nggegirisi meski body nya ndak mitayani.

***

Wew sudah panjang, yasudahlah saya akhiri saja. Simpulannya Batman v Superman: Dawn of Justice ini mirip paket komplit. Tapi mungkin karena kumplitnya itu jadi kadang bertele-tele dan ndak focus. CGI nya ada yang bilang jelek, tapi menurut saya sih oke-oke saja. Film ini lebih humanis dengan tone yang gelap meski tidak terlalu pekat. Ada satu-dua humor segar yang terselip.

Hal penting yang bisa diingat dari sini adalah pentingnya berkomunikasi dengan baik agar tidak salah paham, juga jangan terlalu gampang makan provokasi, karena bakal rugi sendiri. Ahh jadi familiar dengan situasi ini ya hahahaha.

Akhir kata, film ini diganjar rating 17+ oleh LSF, tapi pas saya lihat di IMDB sih PG-13. Entah, mungkin LSF punya alasan tersendiri untuk itu. Tapi kalau menurut saya sih untuk anak remaja masih aman melihatnya. Pertarungannya meski keras tapi tidak terlalu brutal dan vulgar. Kalimat tidak sopan juga tidak banyak bertebaran.

Tapi semua ya saya kembalikan sama penonton sih, saya kan penganut paham self-censorship seperti kata kakek yang sudah malas nulis itu. Sudah, cepetan ke bioskop kalau mau nonton, ndak rugi koq, tapi jangan lupa tinggalkan dulu nalarnya di rumah. Ini film superhero bung nona, jangan dipikir jero-jero.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun