Namun kredit mesti saya berikan kepada Jesse Eisenberg yang begitu gemilang menjadi Lex Luthor. Menurut saya sih, Jesse benar-benar berhasil menjadikan sosok Lex dalam bentuk lain. Lex yang “cerdas namun sakit jiwa”. Ndak perlu pakai membelalakkan mata atau marah-marah, hanya dengan gesture dan mimic yang pas menjadikan Lex sempurna sebagai Villain yang nggegirisi meski body nya ndak mitayani.
***
Wew sudah panjang, yasudahlah saya akhiri saja. Simpulannya Batman v Superman: Dawn of Justice ini mirip paket komplit. Tapi mungkin karena kumplitnya itu jadi kadang bertele-tele dan ndak focus. CGI nya ada yang bilang jelek, tapi menurut saya sih oke-oke saja. Film ini lebih humanis dengan tone yang gelap meski tidak terlalu pekat. Ada satu-dua humor segar yang terselip.
Hal penting yang bisa diingat dari sini adalah pentingnya berkomunikasi dengan baik agar tidak salah paham, juga jangan terlalu gampang makan provokasi, karena bakal rugi sendiri. Ahh jadi familiar dengan situasi ini ya hahahaha.
Akhir kata, film ini diganjar rating 17+ oleh LSF, tapi pas saya lihat di IMDB sih PG-13. Entah, mungkin LSF punya alasan tersendiri untuk itu. Tapi kalau menurut saya sih untuk anak remaja masih aman melihatnya. Pertarungannya meski keras tapi tidak terlalu brutal dan vulgar. Kalimat tidak sopan juga tidak banyak bertebaran.
Tapi semua ya saya kembalikan sama penonton sih, saya kan penganut paham self-censorship seperti kata kakek yang sudah malas nulis itu. Sudah, cepetan ke bioskop kalau mau nonton, ndak rugi koq, tapi jangan lupa tinggalkan dulu nalarnya di rumah. Ini film superhero bung nona, jangan dipikir jero-jero.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H