[caption caption="www.humorterlucu.com"][/caption]
Hari libur itu enaknya mbayangin yang enak-enak saja. Sekarang saya ajak njenengan mbayangin jadi Valentino Rossi, ah sebentar tapi rossi sepertinya sudah ada yang mempatenkan disini. Lagian biar keliatan agak heroic dan nasionalis, maka kita pilih atlet muda berkebangsaan Indonesia yang lagi tenar walau menerima kontroversi sana sini. Ah ndak masalah sih bagi saya wong dia tetap saja ngganteng maksimal. Yak mari kita andaikan njenengan itu sebagai dek Rio Haryanto.
Lho mbak, tapi saya kan wanita. Mosok saya disuruh mbayangin jadi dek Rio Haryanto. Itu namanya mbak memaksakan gender satu ke yang lainnya. mbak mbelain golongan itu ya.
Haiyahhh….mbak mas ini koq ya bisa-bisanya sih pakai ilmu cocokologi gothak gathuk mathuk. Okay, baiklah kalo begitu daripada diprotes gini aja deh, bagi yang wanita saya persilakan njenengan berandai-andai jadi mbakyu Farah Quinn. Gimana, udah ndak ada yang protes to. Kalau masih ada namanya njenengan tidak bersyukur. lha wong mbakyu satu itu lho udah cantik, pinter masak, ngomongnya lembut kaya mayonnaise, belum lagi body aduhainya sanggup bikin ngiler walau embaknya belum mulai masak.
Nah mari kita mulai saja ceritanya, sebagai dek Rio yang racer F1, tentunya njenengan bakalan nglothok bab performulaan, begitu juga sebagai mbak Farah yang mumpuni jadi chef pastinya bisa masak enak walau sedang ngantuk-ngantuk cantik.
***
Tiba-tiba di satu tempat, njenengan yang sudah jadi dek Rio itu ketemu sama priyayi yang saking semangatnya langsung ngobrol panjang lebar jajaran genjang. Priyayi tersebut berbincang tentang apa saja tentang F1. Ibarat dari ngelmu dasar sampai lanjutan, plus gossip-gosipnya berdasar asumsi dan ilmu katanya yang beliau miliki. Sama halnya yang terjadi dengan njenengan yang sudah jadi mbak Farah. Priyayi yang belum anda kenal sebelumnya ini tiba-tiba saja nyerocos tentang teknik memasak, dunia kuliner, sampai inovasi bumbu-bumbu karena pernah melihat acara lomba chef chef an di tivi.
Kira-kira njenengan mau gimana kalo dalam situasi ini. Langsung membantah semua pendapat yang dilontarkan priyayi itu karena banyak ngawurnya, langsung ngaku bahwa sesungguhnya njenengan itu pakar di bidang yang sedang diobrolkan dengan sangat serampangan, atau menikmati saja cerita kemahasotoyan sambil ngunyah tahu goreng.
***
Kebetulan kemarin saya mengalaminya sendiri. Tiba-tiba mak bedundug saya ketemu priyayi necis dan tanpa intro panjang langsung ngendikan sana sini bab dunia perngglundhungan. Lha sebagai manusia yang memang satu-satunya keahlian cuma ngglundhung ini, saya cuma bisa tertegun lalu kemudian jatuh kagum menahan tawa karena hampir semua yang beliau katakana meleset dari ngelmu pakem ngglundhung.
Sebenarnya saya pingin bilang kalau saya itu pakar ngglundhung level padukuhan. Tapi mengingat ,menimbang dan melihat priyayi itu sangat bersemangat, percaya diri dan ingin berbagi, akhirnya saya urungkan niatan itu. Saya memutuskan untuk pura-pura tidak tahu. cukup senyum dan manthuk-manthuk mirip brenggala yang sedang berkicau.
Saya akui perbuatan saya itu ndak baik, tidak terpuji kalau kata buku diktat PPKn. Tapi lha daripada saya nanti ngaku terus bilang jujur, maka efeknya malah makin ndak enak sama priyayi tersebut. Bisa-bisa beliau jadi malu karena ketauan sudah sok tahu. Lha masih mending kalau cuma itu yang terjadi, lha kalau habis itu beliau lalu mutung, hilang kepercayaan diri lalu imbasnya jadi enggan untuk berbagi lagi. Kan itu ndak baik buat kesehatan. Jangan sampai deh priyayi itu bilang “kamu jahat” ke saya. Karena bagaimanapun saya bukan Rangga dan beliau bukan Cinta.
***
Gimana sudah cukup absurd dan mbulet to tulisannya. Padahal intinya sih cuman gini saja. Kalau menurut saya sih, mendingan pura-pura ndak tahu kalau harus ketemu sama manusia sok tahu. Biarin aja lah dianggap ndak mudeng, ndak gaul, ndak peka, ndak peduli dan ndak ndak yang lain-lainnya.saya sih menikmati saja setiap sotoy-sotoy yang bertebaran, baik di dunia nyata, dunia maya maupun dunia dalam berita.
Bukankah menyenangkan orang lain itu juga perbuatan baik. Daripada nanti banyak yang takut sok tau, kan dunia jadi sepi. Ndak ada yang riuh gaduh dan ndak banyak orang berantem gara-gara semua orang mendadak jadi ahli.
Iya, ahli provokasi berdasar kata dia dan mereka. Mari kita share segala ketidakpastian dan kehoax hoax an demi tegaknya pertikaian. Karena bersatu itu jomblo, bercerai sudah biasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H