***
Kebetulan kemarin saya mengalaminya sendiri. Tiba-tiba mak bedundug saya ketemu priyayi necis dan tanpa intro panjang langsung ngendikan sana sini bab dunia perngglundhungan. Lha sebagai manusia yang memang satu-satunya keahlian cuma ngglundhung ini, saya cuma bisa tertegun lalu kemudian jatuh kagum menahan tawa karena hampir semua yang beliau katakana meleset dari ngelmu pakem ngglundhung.
Sebenarnya saya pingin bilang kalau saya itu pakar ngglundhung level padukuhan. Tapi mengingat ,menimbang dan melihat priyayi itu sangat bersemangat, percaya diri dan ingin berbagi, akhirnya saya urungkan niatan itu. Saya memutuskan untuk pura-pura tidak tahu. cukup senyum dan manthuk-manthuk mirip brenggala yang sedang berkicau.
Saya akui perbuatan saya itu ndak baik, tidak terpuji kalau kata buku diktat PPKn. Tapi lha daripada saya nanti ngaku terus bilang jujur, maka efeknya malah makin ndak enak sama priyayi tersebut. Bisa-bisa beliau jadi malu karena ketauan sudah sok tahu. Lha masih mending kalau cuma itu yang terjadi, lha kalau habis itu beliau lalu mutung, hilang kepercayaan diri lalu imbasnya jadi enggan untuk berbagi lagi. Kan itu ndak baik buat kesehatan. Jangan sampai deh priyayi itu bilang “kamu jahat” ke saya. Karena bagaimanapun saya bukan Rangga dan beliau bukan Cinta.
***
Gimana sudah cukup absurd dan mbulet to tulisannya. Padahal intinya sih cuman gini saja. Kalau menurut saya sih, mendingan pura-pura ndak tahu kalau harus ketemu sama manusia sok tahu. Biarin aja lah dianggap ndak mudeng, ndak gaul, ndak peka, ndak peduli dan ndak ndak yang lain-lainnya.saya sih menikmati saja setiap sotoy-sotoy yang bertebaran, baik di dunia nyata, dunia maya maupun dunia dalam berita.
Bukankah menyenangkan orang lain itu juga perbuatan baik. Daripada nanti banyak yang takut sok tau, kan dunia jadi sepi. Ndak ada yang riuh gaduh dan ndak banyak orang berantem gara-gara semua orang mendadak jadi ahli.
Iya, ahli provokasi berdasar kata dia dan mereka. Mari kita share segala ketidakpastian dan kehoax hoax an demi tegaknya pertikaian. Karena bersatu itu jomblo, bercerai sudah biasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H