Mohon tunggu...
Iin Indriyani
Iin Indriyani Mohon Tunggu... Novelis - Penikmat Keheningan

Penulis dan Buruh Migran Taiwan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Diam Tak Berarti Bisu

5 Desember 2019   09:43 Diperbarui: 5 Desember 2019   09:56 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemeja merah tua yang ia kenakanpun mulai basah namun ia masih juga tak beranjak dari motornya. Aku bingung, namun untuk memintanya pulang akupun sungkan. Karna sejujurnya, berat hatiku untuk mengakhiri saat saat menakjubkan seperti itu dengannya. Aku hanya terdiam dan kembali menunduk. Membawa serta kegundahan hati yang kurasakan saat itu.

"Lin, aku ingin memberimu sebuah pesan yang benar benar penting dalam hidup yang sebentar ini." gumamnya, menoleh kearahku. Kulihat bulir bulir air hujan itu terjatuh dari wajahnya.

"Apa itu Mas?"

Tanpa mengurangi kelembutan dan senyum kecil di wajahnya, pemuda berkaca mata yang berusia satu tahun lebih tua dariku itu kembali mengucapkan kalimat yang menggetarkan hatiku.

"Jangan pernah menggadaikan keimanan! Lin, maaf bila aku berlebihan dalam memberimu nasihat. Semua itu semata karna aku sangat perduli padamu. Sebisa mungkin aku luruskan setiap kesalahan yang aku lihat dalam dirimu. Termasuk foto foto yang begitu banyak di setiap sudut kamarmu. Maukah kau melepasnya demi keselamatanmu Lin?"

Aku tersentak bukan main. Aku tidak menyangka perhatiannya sedalam itu padaku. Hatiku benar benar melihat ketulusan yang terpancar dari wajahnya. Wajah yang begitu ramah dan bersinar oleh guyuran air wudhu yang seakan tak pernah kering. Wajah yang penuh kelembutan karna sujud sujud cinta yang membuatnya begitu rendah hati. Ya Allah.. apakah aku mencintainya?

Mulutku masih bungkam. Bukan rasa ingin memiliki yang membuatku segelisah itu, melainkan rasa takut akan kehilangan bila suatu saat ia pergi meninggalkan aku. Kutarik nasfasku dalam dalam. Kemudian kedua mataku bermain main menatap keadaan di sekitar yang begitu sepi. 

"Insya Allah, Mas. Aku akan melepas foto foto itu secepatnya."

Mas Hil tersenyum kearahku."Ada sebuah hadist yang menerangkan tentang seorang malaikat yang selalu datang dan melindungi seorang mukmin. Malaikat itu selalu menjaga mukmin tersebut hingga pada suatu hari entah apa yang menyebabkan Ia pergi dan tak lagi menemani sang mukmin tersebut. Keadaan itu membuat Rasulullah Saw penasaran. Beliau mendatangi malaikat itu dan bertanya akan alasan dibalik perubahan sikapnya. Dan malaikatpun menjawab, bahwa Ia tidak mau masuk kedalam ruangan yang di dalamnya terdapat gambar gambar atau patung patung yang menyerupai makhluk hidup."

Aku mendengarkan nasehat itu dengan hati yang sangat terbuka. Dengan rasa yakin aku menganggukkan kepalaku, isyarat bahwa aku bersedia melakukan apa yang ia nasehatkan kepadaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun