Senja mengintip dari balik mendung langit. Semburat jingga menyapa seluruh makhluk di atas bumi. Rintik hujan sungkan turun. Hanya kelebatan angin yang menembus tipis kulit.Â
Nuansa itu, memaksa kami untuk berhenti. Melepas lelah. Merangkul magrib. Motor matic merah terparkir pelan. Serambi masjid menyapa dua hati diselimuti keindahan. Bibir kami tersenyum. Hati kami berdesir. Hingga sujud demi sujud menundukkan kami pada Sang Maha Pengasih. Sang Maha Pencipta. Sang Maha Segalanya.
Selesai salat, ia sudah menungguku di luar. Terlihat memikirkan sesuatu, namun aku tak tahu. Kudekati ia dengan pelan, sembari memasang kembali alas kakiku.
"Aku rindu dengan lantunan mengaji anak anak di zamanku dulu. Sekarang lantunan suara mengaji seperti itu, sudah tak terdengar lagi oleh telingaku, saat kusinggahkan jasad dan jiwaku kerumah Allah Swt ini."
"Maksudnya?" Tanyaku tak paham, detik-detik itu mengharuskan aku untuk menatapnya dengan lekat.
Ia tersenyum tipis ke arahku. "Banyak hal yang ingin aku sampaikan padamu. Tentang mengaji, wanita dan keimanan. Tapi hari ini kita tidak punya banyak waktu untuk itu. Dan nanti malam aku ada janji dengan kawanku untuk membahas perencanaan bisnis yang sedang kami kerjakan."
"Baiklah, tidak apa apa. Aku akan selalu menunggu sesempat yang Mas bisa."
Lelaki yang kupanggil Mas Hil itu tersenyum, lalu melipat sajadahnya dan mengajakku untuk pulang. Maghrib itu begitu beda kurasakan, karna kehadiran lelaki saleh yang beberapa pekan ini dekat sekali denganku. Dia bernama Hilman, seorang pemuda yang kukenal saat aku pulang kampung ke daerah asalku, Indramayu. Kami bertemu di dalam bis, kebetulan Mas Hil juga berasal darisana.
Keluar dari area masjid, kami melanjutkan perjalanan untuk pulang. Hari itu kami habiskan untuk mengelilingi kota Bandung sembari melaksanakan sholat wajib di masjid masjid yang kami lewati. Mulai dari masjid Agung Bandung hingga masjid yang barusan kami singgahi, yaitu masjid yang terletak di dekat RS Kasih Bunda, Cimahi.
Di tengah perjalanan Mas Hil menghentikan kendaraannya. "Ada apa Mas, kok berhenti?" Tanyaku heran.
"Lihat wanita yang sedang berdiri disana."