Kata-kata itu yang mengantarku keluar kamar. Bukan pelukan kasih sayangnya lagi. Aku paham apa yang ia rasakan. Aku pun turut merasakan rasa sakit yang sama. Orang bilang lebih sakit yang ditinggalkan daripada yang meninggalkan. Aku pun berpikir demikian. Tapi jauh di hatinya yang terdalam, aku yakin dia paham. Semua sudah konsekuensi dari proses keberangkatan, karena tujuan kami memang untuk meninggalkan tanah air. Rasa terima kasihku takkan pernah habis.Â
Nuraniku takkan pernah lupa, pada sosok gadis jawa yang tulus hatinya. Entah, dimana dan apa kabarnya dia. Sejak saat itu hingga sekarang aku belum mendengar tentangnya. Aku sangat berharap suatu saat bisa menemukannya. Sahabatku, saudaraku yang memiliki hati sebening embun pagi. Kebaikannya yang besar takkan mudah aku lupakan walau bertahun-tahun lamanya, 12 tahun silam tepatnya. Ya, 12 tahun bukan waktu yang cepat. Tapi nama itu masih begitu melekat. Nama itu masih sangat aku ingat, perempuan ayu alami dari Sragen, Jawa Tengah itu bernama Suryani Kartiningsih.
Selesai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H