Mohon tunggu...
IING FELICIA
IING FELICIA Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Educator, Author, Trainer, Certified Teacher

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gangguan Kecemasan Perpisahan yang Kerap Dialami Anak, Bagaimana Mengatasinya?

9 Juli 2022   23:46 Diperbarui: 9 Juli 2022   23:59 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kondisi ini dapat diatasi bila kita mengenal lebih jauh tentang Separation Anxiety Disorder.

Apa gangguan kecemasan perpisahan? 

 

Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia; Gangguan kecemasan perpisahan (Separation Anxiety Disorder - SAD) adalah hal yang terjadi bila seseorang merasa cemas secara berlebih akibat perpisahan dari rumah atau seseorang yang memiliki ikatan emosional, diantaranya orang tua, pengasuh, pasangan atau saudara. Umumnya mereka yang berusia 6-7 bulan hingga tiga tahun. Tetapi juga bisa muncul pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa.

Asosiasi Psikiatri Amerika mendefinisikan gangguan kecemasan pada perpisahan saat seseorang memperlihatkan ketakutan, kekhawatiran, dan kecemasan yang meluap pada waktu berpisah dari rumah atau harus mengalami perpisahan dengan seseorang yang terikat secara emosional. Kecemasan menjadi tidak wajar untuk usia dan perkembangan individu tertentu.

Penulis melakukan pengamatan tentang gejala yang terekam di sekolah termasuk faktor penyebab dan kiat untuk mengatasinya dari sisi orang tua maupun guru.

Sebagai orang dewasa sebaiknya memerhatikan gejala-gejala yang mungkin muncul pada anak yang mengalami SAD:

  1. Sulit untuk berpisah dengan orang tua, dan menangis bila ditinggal. Apalagi di minggu-minggu pertama sekolah.
  2. Kecemasan akan sesuatu terjadi pada orang yang disayangi. Kecenderungan anak khawatir ia tidak dijemput dan ditinggal sendiri di sekolah.
  3. Mengambek (Tantrum). Orang tua seringnya menjanjikan sesuatu tapi tidak dipenuhi. Sampai di sekolah ia akan uring-uringan.
  4. Selalu menanyakan kemana orang tua dan minta untuk selalu dihubungi. Di sela-sela pembelajaran anak suka bertanya kok belum pulang? Kok belum dijemput?
  5. Menguntit kemanapun orang tua atau pengasuh pergi walaupun di rumah  atau ketika tidak menemukan guru karena ke toilet, ia akan menangis tanpa aba-aba.
  6. Bermimpi buruk.
  7. Sakit perut, sakit kepala bahkan muntah bila ditinggal. Kami perlu meminta orang tua mempersiapkan baju salin bila anak muntah.
  8. Hilang selera makan.
  9. Menyendiri dan tidak mau diajak bermain.

Penyumbang munculnya SAD dikarenakan oleh beberapa faktor eksternal dan internal: 

  1. Perubahan pada lingkungan di sekitarnya. Hal ini terjadi karena anak pindah rumah atau masuk sekolah baru. Anak menjadi tidak nyaman. Untuk hal ini anak perlu diberikan pengertian.
  2. Stres karena penggantian pengasuh, membuat anak rewel. Kemungkinan pengasuh baru belum memahami karakter anak. Boleh jadi ia tidak mengerti bahasa anak asuhnya.
  3. Adanya anggota baru, kelahiran adik baru, sehingga ia merasa orang tua tidak lagi sayang padanya. Barangkali juga adanya kematian anggota keluarga yang erat hubungannya, seperti kakek, nenek.
  4. Orang tua yang terlalu protektif dan belum rela anaknya dilepas dengan pengawasan orang lain, misalnya guru. Orang tua cenderung enggak tega karena merasa anaknya masih kecil. Nah perasaan ini dirasakan oleh si anak juga saat harus berpisah. Mau lepas tapi enggak dilepas. Ini bisa menyebabkan drama berkepanjangan dapat terjadi.

Berikut ini adalah kiat untuk mengatasi SAD bagi orang tua.

  1. Menjadi pendengar yang baik. Orang tua  perlu mengajak anak untuk berdiskusi dan mencerita hal-hal yang menjadi kecemasannya. Menghargai perasaan dan tidak meremehkan rasa takut yang muncul pada anak.
  2. Memberikan dukungan bahwa ayah ibu akan selalu berada di sisinya ketika dibutuhkan.
  3. Memberikan afirmasi dan penguatan tentang apa yang diutarakan. Sehingga anak merasakan empati dari orang tua.
  4. Menceritakan hal-hal yang menyenangkan yang akan dialami di sekolah bila ia baru bersekolah atau pindah sekolah.
  5. Bangun kepercayaan pada anak bahwa ia anak mandiri yang memiliki tanggung jawab sebagai anak sekolah. Sama halnya dengan orang tua.
  6. Hindari penampakan perasaan sedih dan khawatir ketika harus berpisah selama anak bersekolah. Umumnya para ibu terlihat tidak sampai hati untuk berpisah. Untuk itu ada baiknya mintalah orang lain yang mengantarkan anak ke sekolah.

Bagaimana dengan guru? Apa yang dilakukan untuk mendukung keberhasilan mengatasi SAD:

  1. Memberikan kehangatan dan kenyamanan bagi anak berinteraksi.

  2. Mendukung momen berharga keluarga untuk mengucapkan perpisahan.

  3. Menjadi pendengar yang baik tentang hal yang diceritakan anak mengenai dirinya dan keluarga.

  4. Menjadi teman bermain dan pengganti orang tua di sekolah.
  5. Berkolaborasi dengan orang tua untuk kebaikan anak.

Andaikan semua yang disebutkan sebelumnya sudah dipraktikkan dan SAD tidak membaik. Segera lakukan konsultasi dengan konselor sekolah atau mengunjungi terapi psikologi (psikoterapi).

Penulis: Iing Felicia untuk Kompasiana – Praktisi Pendidikan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun