“Tuan Pembicara, pagi ini pemimpin rohani Jemaat Muslim Ahmadiyah seluruh dunia tiba dalam kunjungan resmi beliau ke Parliament Hill.
Dalam kunjungannya, beliau akan bertemu dengan para menteri kabinet, Senator, anggota Parlemen, dan Perdana Menteri dalam rangka untuk lebih lanjut mempertegas pesan damai ‘Love for All and Hatred for None – Cinta untuk semua dan tidak ada kebencian untuk siapapun’.
Tugas ini merupakan bagian dari upaya yang dilakukan oleh Yang Mulia untuk menampilkan kedamaian serta keindahan agama Islam serta menyeru kekuatan dunia untuk memajukan kedamaian, kebebasan beragama dan hak azazi manusia di Kanada dan di seluruh dunia.
Saya menghargai Yang Mulia serta anggota Ahmadiyah di seluruh dunia atas kerja mereka, dan saya mengulurkan tangan persahabatan atas nama konstituen saya serta rakyat Kanada.
Apapun yang disampaikan oleh Khalifah Islam Ahmadiyah adalah untuk perdamaian dunia dan tidak bermotifkan politik atau kepentingan apapun. Semua yang disampaikan oleh beliau adalah upaya unuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam hakiki yang dibawakan oleh pendiri Islam, Rasulullah saw.
Sebelumnya di hari yang sama, Khalifah mengadakan beragam pertemuan dengan para menteri Federal Pemerintah Kanada, para senators dan para anggota parlemen. Bahkan beliau mengadakan pertemuan khusus dengan Perdana Menteri Rt. Hon.Justin Trudeau.
Apakah masih ada harapan bagi Indonesia memiliki ulama-ulama yang menganjurkan perdamaian? Masih adakah tokoh Islam Indonesia yang mengedepankan damai? Tentu masih terdapat banyak ulama Indonesia yang berusaha menegakkan ajaran-ajaran damai dan hakiki Islam. Salah satunya adalah tokoh NU, PROF. DR. KH. SAID AQIEL SIRAJ yang dalam salah satu pidatonya menyampaikan hal berikut,
"Warga NU saya larang, GP Anshor saya larang, pemuda-pemuda NU, mahasiswa NU, PMII saya larang, tidak akan ada yang turun [demonstrasi ]".
Sekarang keadaan dan isu semakin liar tak terkontrol, bukan lagi soal politik Pilgub DKI, tapi lebih besar dan rumit lagi, RADIKALISME AGAMA menemukan momentumnya.
Kaum nahdliyin boleh pecah soal dugaan penistaan agama oleh Ahok, biarlah hukum yang menyelesaikan kasus Ahok dan lawannya itu. Tapi, kita tidak boleh lengah sedikitpun dgn susupan2 kaum radikal, titipan2 isu yang membahayakan NKRI, stabilitas nasional dan toleransi antar umat beragama. Target utama mereka bukan Ahok, terlalu kecil!, Ahok hanya entry point, target mereka hancurnya Islam moderat di Indonesia, Islam yg ramah diganti dengan Islam yang penuh kebencian seperti yang meluluhlantakkan negara2 Timur Tengah. Hawanya cukup terasa, semua isu keagamaan dan politik akhir2 ini rawan sekali ditunggangi, jangan mudah termakan isu apalagi mudah marah sesama Muslim.
Mari saling mengingatkan utk sesama, meski resiko dibully.