Mohon tunggu...
Iin Ainar Lawide
Iin Ainar Lawide Mohon Tunggu... Seniman - Founder Komunitas Seni Lobo-Seniman Tari Palu

Koreografer juga penari, sekaligus Program Manager di Komunitas Seni Lobo | Ibu dari dua puteri yang keseharian mengurus seni | Hobi menulis dan punya channel podcast |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Toponimi, Warisan Pengetahuan Lokal Masyarakat Kaili

13 Juli 2021   22:59 Diperbarui: 13 Juli 2021   23:11 1605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perumnas Balaroa saat likuifaksi 2018 (Sumber : Basarnas Kota Palu)

Saat itu tinggi tsunami mencapai 15 meter dan di dasar laut juga diamati terjadi penurunan sedalam 12 meter yang menjadi awal  daerah tersebut di sebut Kaombona (Ahmad Arif, dkk : 2007). secara spesifik Kaombona berada di pesisir, dimulai dari area Rumah Makan Heni Putri Kaili sampai ke Lokasi Polsek Palu Timur. Era 1970-an, penyebutan Kaombona mulai menghilang dan dijadikan arena Mottorcross yang dikenal dengan Sirkuit Tanah Runtuh. Namun, sejak 2016 Kaombona kembali digunakan untuk area tanah runtuh ini.

Kumbili

Kumbili merupakan nama tua dari Kayumalue yang diambil dari nama pohon yang hanya hidup di daerah itu. Selain tidak bisa tumbuh di tempat lain, pohon kumbili ini memiliki siklus hidup yang sangat unik karena hanya tumbuh dalam beberapa tahun, puluhan tahun kemudian akan mati dan sesudahnya akan tumbuh lagi.

Kumbili kemudian berubah nama menjadi Kayumalue. Kayumalue merupakan wilayah yang bersejarah karena dikenal sebagai tempat pecahnya Perang Kerajaan Palu dan Kolonial Hindia Belanda (1888) yang dikenal dengan peristiwa Kagegere Kapapu Nu Kayumalue. Saat peristiwa gempa yang disertai tsunami pada 20 Mei 1938, Kayumalue merupakan daerah yang selamat dan saat gempa 2018 banyak masyarakat yang berlari menuju Kayumalue dari terjangan tsunami karena mereka menganggap Kayumalue adalah lokasi teraman dari tsunami. Dari peristiwa 1938 ini, Kayori menjadi satu peringatan kepada sebagian masyarakat hingga saat ini.

Sumber Referensi :

Jacobs. Rais. 2008. Toponimi : Sejarah Budaya yang Panjang dari Pemukiman Manusia dan Tertib Administrasi. Jakarta. Pradnya Paramita.

Lasimpo, Gifvents. 2019. Mitigasi Bencana Berbasis Pengalaman Suku Kaili di Lembah Palu. Palu. KOMIU.

Maryani, Enok. 2011. Kearifan Lokal Sebagai Sumber Pembelajaran IPS dan Keunggulan Karakter Bangsa . Bandung. Makalah pada Kovensi Pendidikan Nasional IPS.

Segara, Nuansa Bayu. 2017. Kajian Nilai pada Toponimi di Wilayah Kota Cirebon sebagai Potensi Sumber Belajar Geografi. Cirebon. Jurnal Geografi Volume 14 No. 1.

Museum Sulawesi Tengah

Komunitas Historia Palu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun