"Lalu, Pak!" tanya Rini semakin merinding dan penasaran. Sementara itu, Dita mendengar cerita Pak Suryo dengan tenang.
"Lalu...Ya sudahlah!" jawab Pak Suryo tidak sudih melanjutkannya.
"Lalu kenapa Pak?" tanya Dita semakin penasaran.
"Karena tenaga sopir itu lumayan kuat. Saya mulai terdesak. Akhirnya saya lari ingin menyelamatkan diri. Saya ingat bahwa saya sering membawa pisau yang digunakan untuk mengancam korban. Saya langsung mengambilnya dan tanpa berpikir panjang langsung.." Pak Suryo menghentikan kembali ceritanya. Terlihat raut wajahnya memerah dan menyesal.
"Saya menghunuskan pisau ke perutnya!" jawabnya dengan suara hampir tidak terdengar. Dita dan Rini kaget dan tidak menyangka jika Pak Suryo adalah seorang pembunuh, mantan narapidana.
Pak Suryo melanjutkan jika dia harus menerima hukumannya dengan penjara 7 tahun. Dia merasa bersalah kepada anak-anaknya. Untunglah ada sahabatnya, yaitu Bu Suryo yang selalu menjaga anak-anaknya ketiga di penjara dan merawat Pak Suryo ketika keluar dari penjara.
Dita dan Rini langsung menoleh ke arah Bu Suryo. Ada rasa kagum di hati mereka.
"Ibu tidak pernah menikah selain dengan Pak Suryo?" tanya Rini.
"Oh, Sudah, Nak! Saya sudah menikah beberapa kali selama Bapak di penjara, tetapi saya tetap merawat anak-anak Pak Suryo," jawab Bu Suryo.
"Pak, sopir yang Bapak bunuh tadi tidak terselamatkan?" tanya Rini masih penasaran.
"Iya. Dia masih sempat dibawa ke rumah sakit, tetapi tidak tertolong. Di sinilah sedihnya Bapak. Dia harus meninggalkan anak-anaknya yang bahkan saya dengar ada yang masih berusia satu tahun."