Dita masih tertegun memandangi tempat pangkalan ojek. Pak Suryo yang kadang mengantar Dita ke tempat kerjanya setiap pagi sudah beberapa hari tidak terlihat. Dita bisa saja memesan ojek online, tetapi Dita selalu merasa bersalah atas ucapannya waktu itu. Untuk menebus rasa bersalah, Dita meminta Pak Suryo untuk menjemputnya sepulang kerja.
Tiga bulan lalu Dita diterima di sebuah mini market di sebuah di daerah yang tidak bisa dijangkau oleh angkot. Untuk sampai ke tempat itu, Dita harus naik angkot lagi. Di awal-awal Dita memilih menggunakan ojek online. Namun, Dita kadang menunggu agak lama. Sementara jika menggunakan ojek biasa, Dita akan sampai ke tempat kerjanya kurang lebih 10 menit. Akhirnya, setiap hari Dita naik ojek di pangkalan tersebut.
Salah satu tukang ojek yang menjadi langganan Dita adalah adalah Pak Suryo yang merupakan mantan kuli bangunan. Di usianya yang tidak muda lagi, dia memilih menjadi tukang ojek karena untuk menjadi kuli tenaganya sudah tidak kuat dan tidak ada mandor yang mau menerimanya lagi menjadi kuli.
Saat pertama kali Dita diantar oleh Pak Suryo, biasa saja. Di tengah keterburu-buruannya, Â Dita sangat malas berbicara.
 "Nak, mau diantar ke mana?" tanya Pak Suryo. Mendengar jawaban Pak Suryo, Dita sedikit kesal. Jelas-jelas di seragam Dita tertulis "Melati Mini Market" yang merupakan salah satu mini market terbilang baru di kompleks tersebut.
"Ya, Pak! Saya mau ke Mini Market Melati!" jawab Dita agak ketus.
"Di sebelah mana, Nak?" tanyanya lagi. Mendengar pertanyaan itu, Dita semakin kesal.
"Pak, lurus saja. Nanti di depan di sebelah kanan ada tulisannya Melati Mini Market!" jawabnya dengan ketus.
"Maaf, Nak. Bapak tidak bisa membaca," jawab Pak Suryo. Mendengar jawaban itu, Dita merasa bersalah.
"Oh, maaf, Pak!" jawab Dita dengan nada bersalah. Dita lalu menjelaskan dan menunjukkan tempatnya dengan jelas.