Mohon tunggu...
Imelda Rafif Aviva
Imelda Rafif Aviva Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Berenang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Kebo Keboan, Tujuan dan Kegiatannya Bertolak Belakang, Kok Bisa?

6 Juni 2024   18:13 Diperbarui: 7 Juni 2024   06:46 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/2023

Selain itu, kebo-keboan juga memupuk rasa kebersamaan dan gotong royong di antara masyarakat. Persiapan dan pelaksanaan upacara melibatkan banyak pihak, dari petani hingga seniman lokal, yang bekerja sama untuk suksesnya acara ini. Hal ini menciptakan solidaritas dan mempererat hubungan sosial di dalam komunitas. Tradisi kebo-keboan bukan hanya sekadar ritual adat, tetapi juga cerminan dari nilai-nilai luhur masyarakat Banyuwangi yang patut dilestarikan. Dukungan terhadap tradisi ini berarti kita turut menjaga keberlanjutan budaya, edukasi, pariwisata, serta nilai-nilai sosial yang ada di dalamnya.

 

Dalam wawancara yang dilakukan pada Kamis 6 Juni 2024, dengan Drs. Hery B. Cahyono, M.Si. selaku Dosen FISIP Universitas Muhammadiyah Jember, beliau menyatakan bahwasannya dalam perspektif islam sesajen yang digunakan dalam kegiatan kebo keboan tidak sesuai dengan ajaran islam dan tidak dibenarkan, hal itu juga yang menjadi penyebab beliau tidak setuju atau kontra dengan tradisi kebo keboan ini, sedangkan maksud dari Masyarakat yang melaksanakan tradisi tersebut mereka ingin menghidupkan budaya yang ada. Beliau juga menambahkan bahwa tradisi itu mengarah pada animisme, dinamisme, sinkretisme.

"Itu yang harus dihindari atau dievaluasi karena akibatnya sangat parah sekali untuk pengembangan ajaran islam itu, saya juga tidak setuju walaupun itu sudah dimodifikasi, jadi saya sudah lama meninggalkan hal tersebut." Ujarnya saat ditanya mengenai adanya perbedaan tujuan dan kegiatan dalam tradisi kebo keboan.

Kita sebagai generasi muda harus bisa memilah mana yang harus diikuti mana yang tidak. Tugas pemuda itu mengevaluasi dan kemudian memodifikasi tradisi yang terlihat negatif, tidak boleh menjadi pengamat saja, pemuda harus berperan sesuai dengan keberadaan dan kemampuannya masing-masing. Beliau menambahkan "jika tradisi itu bisa seperti itu yang begitu, jika tidak ya jangan, jika tidak bisa datang ya jangan datang dan berkontribusi."

Generasi muda mengambil peran penting dalam menjaga dan melestarikan budaya kebo-keboan dan sebagai generasi muda kita pastinya lebih update terkait media yang dapat nantinya digunakan sebagai sarana mempromosikan budaya yang ada seperti Kebo keboan ini. karena jika bukan kita lalu siapa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun