Di sisi lain, keinginan secara situasional adalah keadaan yang membuat siswa tertarik untuk belajar karena dalam prosesnya menemukan pembelajaran yang memikat rasa keingintahuan mereka. Dalam hal ini, motivasinya datang secara intrinsik, dimana keinginan untuk belajar berpusat dari siswa itu sendiri. Bagi tenaga pengajar, dengan mengenalkan konsep mendalam dari topik yang memikat perhatiannya dapat membuat siswa lebih termotivasi lagi untuk belajar secara mendalam.
Motivasi Perhitungan Berdasarkan Nilai
      Siswa tentunya ingin mengerjakan tugas yang diberikan karena tugas-tugas tersebut mempunyai "nilai" dan bukan rangka "untuk membuat siswa sibuk." Terdapat empat faktor kepentingan ditinjau dari motivasi perhitungan nilai: ketertarikan intrinsik, kegunaannya dalam kehidupan, skala kepentingannya, dan harga yang harus dibayar. Keempat faktor tersebut tidak ortogonal, karena parameter utamanya adalah harga yang harus dibayar untuk meraih hasilnya, ketika siswa melihat "goal" yang dicapainya adalah sesuatu yang besar dan sepadan dengan harganya, determinasi diri untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut juga akan menjadi semakin tinggi, tentu saja meningkatkan motivasi belajar siswa. Versi lainnya dari perhitungan nilai adalah Expectancy Value Theory (Teori Pengharapan Nilai) yang dapat memotivasi siswa untuk menyelesaikan sekolahnya dengan rajin dan mengetahui motivasi akademik ketika siswa diberikan gambaran terhadap kesuksesan.
      Bagi tenaga pengajar, meningkatkan proposisi nilai dari interaksi bersama dengan siswa berarti menekankan ke siswa tentang kenapa mereka harus belajar dan bagaimana pengetahuannya dapat menyelamatkan mereka untuk maju ke depan (pengaktualisasian diri), ini penting untuk mengkonsolidasi motivasi anak didik.
Orientasi Pada Hasil dan Tujuan
      Berdasarkan taksonomi dari Ford dan Nichols tentang tujuan manusia (dalam Talevich et al., 2017), terdapat tujuan afektif yang berarti dengan tujuan spesifik untuk memperoleh kesenangan; kognitif dengan tujuan pemahaman dan kreativitas intelektual; organisasi subjektif dengan tujuan penghubungan (connectedness) dan aliran (transcendence); hubungan sosial asertif dengan tujuan determinasi diri; hubungan sosial integrative dengan tujuan tanggung jawab sosial; dan tugas dengan tujuan kreatifitas.
RAGAM GAYA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
Gamifikasi
      Metode belajar gamifikasi menerapkan komponen -- komponen layaknya permainan ke dalam situasi pembelajaran. Variasi dalam metode belajar gamifikasi ini beragam, bisa dengan cara mengambil kartu untuk menjawab kuis, atau melakukan permainan klasik dan mengintegrasikannya ke dunia pendidikan.
Anjani, Fatchan, & Amirudin (2019) berargumen bahwa metode pembelajaran gamifikasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan juga hasil belajar siswa. Berbeda dengan pendapat sebelumnya, Sailer et al. (2017) berpendapat bahwa hanya penggunaan elemen-elemen layaknya permainan dan mengintegrasikannya ke dunia nyata yang dapat memenuhi kebutuhan psikologis manusia, namun jika ditinjau dari peningkatan motivasi seseorang tidak terlalu berarti. Justru, timbulnya perasaan gratifikasi adalah salah satu bagian yang memotivasi terutama motivasi belajar, karena terpaku pada hal ekstrinsik.
Pembelajaran Kooperatif