Pendidikan merupakan sebuah sarana yang efektif bagi seseorang dalam mengembangkan minat dan bakat. Dalam sejarah perkembangan umat manusia, peradaban yang berkembang di setiap tempat selalu berbeda satu dengan yang lainnya.Â
Salah satu hal yang paling mempengaruhi perbedaan peradaban dan kebudayaan adalah adanya perbedaan dalam proses pendidikan. Oleh karena itu, maka tidak dapat dinafikan bahwa proses pendidikan telah memberikan dampak besar bagi kehidupan manusia dari zaman dahulu hingga saat ini.
Berkaitan dengan hal tersebut, telah diketahui bahwa dalam proses pendidikan terdapat upaya yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai kepada anak didik.Â
Penananaman nilai merupakan hal yang niscaya dalam proses pendidikan, karena melalui hal tersebut pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi manusia sebagai makhluk multidimensi dan berpotensi.Â
Berkenaan dengan itu, penanaman nilai dalam proses pendidikan bagi anak tidak hanya sekadar memberikan atau menjejalkan pengetahuan kepada anak.Â
Pendidikan yang hanya melakukan proses transfer pengetahuan pada dasarnya tidak dapat dikatakan sebagai pendidikan yang sejati, karena tidak dapat memahami secara utuh esensi dari seorang anak.
Seperti telah banyak diketahui, bahwa pendidikan yang hanya melakukan proses transfer pengetahuan telah mendapatkan banyak kritik dari pakar pendidikan. Salah satu kritik tersebut disampaikan oleh bapak pendidikan nasional yaitu Ki Hadjar Dewantara yang mengungkapkan bahwa tujuan dari pendidikan adalah untuk meninggikan derajat kemanusiaan dan memberikan kebebasan bagi anak untuk berekspresi.Â
Selain itu, khususnya bagi anak-anak di samping belajar mereka juga harus memiliki rasa senang dan gembira dalam proses pembelajaran. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan kesempatan bagi anak untuk bermain.Â
Namun demikian, tidak sedikit orang yang memiliki pandangan bahwa kegiatan bermain adalah aktivitas yang tidak bermakna dan tidak penting bagi anak.Â
Padahal bermain merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh anak, terlebih di usia tersebut anak-anak dapat digolongkan sebagai makhluk yang memerlukan ruang untuk mengembangkan segenap potensinya.
Sekait dengan itu, hal serupa juga diungkapkan oleh John Holt yang menjelaskan bahwa anak-anak harus diberikan ruang baik oleh orang tua maupun oleh guru untuk diberikan waktu bermain, karena melalui kegiatan bermain anak-anak dapat memiliki kesempatan untuk mengekspresikan potensinya.Â
Selain itu, dalam proses pendidikan formal sekolah harus dapat menjadi ruang bermain yang nyaman bagi anak, sekolah tidak boleh hanya sekadar menjadi tempat untuk anak menimba ilmu pengetahuan secara tekstual semata, namun juga mampu menjadi wahana yang efektif untuk mengembangkan perasaan dan keterampilannya. Hal ini sejalan dnegan apa yang dilakukan oleh Ki Hadjar Dewantara, ia menamai sekolahnya dengan nama "Taman Siswa".Â
Adapun filosofi yang diusung oleh Ki Hadjar dalam menamai sekolahnya adalah bahwa sejatinya sekolah harus dapat seperti taman bagi anak, artinya di dalamnya anak-anak merasa senang dan bahagia.
Selain itu, hal lain yang menjadi urgensi bagi anak untuk diberikan waktu bermain yang cukup adalah untuk menghindari rasa bosan dalam diri anak, khususnya dalam pembelajaran.Â
Tidak sedikit anak yang mengalami kejenuhan dalam proses pembelajaran yang disebabkan oleh minimnya inovasi dan kreasi yang dilakukan oleh guru.Â
Terlebih apabila guru tersebut tidak dapat membuat suasana pembelajaran menjadi menyenangkan, minim interaksi, dan kurang variatif, maka anak-anak akan kehilangan ketertarikan dalam belajar.Â
Oleh karena itu, melalui kegiatan bermain anak-anak dapat membuka ruang bagi dirinya untuk berekspresi dan melakukan kegiatan yang disenananginya.
Dalam melihat tingkah laku atau kepribadian dari seorang anak, tidak sedikit orang tua dan guru yang tidak memahami esensi dari seorang anak. Pada dasarnya, anak merupakan "homo ludens" atau makhluk bermain.Â
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika beberapa pakar pendidikan menjadikan kegiatan bermain sebagai aktivitas yang sangat diperlukan oleh anak.Â
Dalam beberapa kasus, bahkan tidak sedikit anak yang mengalami stress dalam proses pembelajaran, sehingga kegiatan bermain merupakan hal yang tidak bisa direnggut dalam diri anak.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan hal yang urgen bagi anak. Baik orang tua maupun guru harus memberikan waktu bagi anak untuk bermain, karena melalui kegiatan bermain anak-anak dapat memiliki ruang untuk mengekspresikan diri, menemukan bakat, dan potensinya.Â
Selain itu, melalui kegiatan bermain, anak-anak dapat terhindarkan dari rasa jenuh dan bosan dalam belajar. Terlebih melalui kegiatan pembelajaran, anak-anak memiliki kesempatan untuk bersosialisasi dan melatih kemampuan dirinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H