Umumnya, proses evaluasi pembelajaran harus dilakukan dengan berkoordinasi dengan berbagai elemen untuk mengembangkan siswa, mulai dari guru mata pelajaran, guru wali kelas, kepala sekolah, orang tua, hingga petugas administrasi. Bahkan, evaluasi juga harus melibatkan siswa itu sendiri. Hal ini bertujuan agar seluruh elemen yang terlibat dalam evaluasi pembelajaran merasa dihargai karena sudah berkontribusi langsung atau mengikuti kerjasama yang dilakukan.
4.Objektif
Untuk mendapatkan hasil evaluasi yang baik, maka proses evaluasi tersebut harus dilakukan secara objektif. Artinya, faktor-faktor subjektif seperti hubungan guru dengan siswa, kedekatan guru dengan siswa, faktor perasaan tidak tega dan lainnya tidak boleh dimasukkan dalam proses evaluasi. Apabila siswa tersebut belum mendapatkan nilai yang baik, artinya guru harus memberikan catatan untuk memotivasi siswa dan memberi penilaian secara objektif untuk mengukur pengetahuan siswa ((Hj. Mardiah Astuti 2022)
Jika penilaian dilakukan secara subjektif maka hasilnya tidak fair, sehingga hasil evaluasi kurang tepat.
5.Praktis
Prinsip evaluasi pembelajaran selanjutnya harus dilakukan secara praktis, artinya tidak memakan biaya, waktu, dan tenaga yang banyak. Hal ini bertujuan untuk memberikan kemudahan pada guru dalam menyusun instrumen (Ropii and Fahrurrozi 2017)
Prinsip evaluasi yang satu ini juga bukan hanya memberikan kemudahan pada satu guru tetapi oleh seluruh guru, bahkan dirasakan oleh sekolah. Seiring dengan kemudahan atau kepraktisan evaluasi pembelajaran jangan sampai menghilangkan esensi evaluasi pembelajaran itu sendiri, yaitu untuk mencapai tujuan belajar dan menciptakan pembelajaran yang lebih optimal.
Berikut adalah strategi penerapan prinsip evaluasi pembelajaran :
1.Tujuan yang Jelas:
Evaluasi pembelajaran harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang jelas dan terukur. Tujuan yang jelas membantu mengarahkan proses evaluasi dan memastikan bahwa penilaian mencerminkan pencapaian siswa sesuai dengan harapan.
2.Keragaman Alat Evaluasi: