Mohon tunggu...
Ihsan Khalik Makkaraja
Ihsan Khalik Makkaraja Mohon Tunggu... -

kerjakan apa yang saya cintai

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tomy Memaksa Saya Menulis

19 September 2015   11:07 Diperbarui: 19 September 2015   11:07 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya bukan penulis yang baik. Apa yang saya tuang dalam lembaran ini barangkali hanya tepat jika disebut sebagai coretan-coretan tak beraturan. Tapi menurutku itu sah-sah saja. Toh … saya memang bukan jurnalis. Saya hanya seorang warga biasa yang nyaris tak memiliki kelebihan. Satu yang kumiliki adalah hasrat untuk berubah.

 

Hasrat itu pula yang mendorongku untuk mencoret-coret naskah tulisan tak beraturan ini. Saya merasa berkewajiban untuk menuangkan hasrat itu meski dalam bentuk sepersedikit tulisan.

 

Ia bernama Tomy Satria Yulianto, sosok muda yang membuat hasrat saya membuncah hingga ke ubun-ubun. Ia mengoyak sistem berpikir saya. Ini bukan soal wejangan. Ia tidak pernah member nasehat kepada saya secara langsung, apa lagi mendikte saya. Karena saya memang orang yang tidak terlalu senang jika di dikte. Saya termasuk orang yang memberikan otoritas yang besar pada proses berpikir, sehingga apapun yang saya lakukan itu selalu berdasarkan pada serangkaian proses berpikir.

 

Lalu bagaimana Tomy merobek dan mengoyak keyakinan yang sekian lama saya pertahankan dengan kukuh? Sebuah tulisan di kaskus menyebut bahwa “Untuk menjadi matang, kita tidak perlu menunggu tua.” Kalimat itu adalah pengakuan seseorang yang kagum pada sosok Tomy. Dalam pandangan penulis di kaskus itu bahwa Tomy meskipun masih sangat muda tapi ia telah memiliki serangkaian identitas yang nyaris dimimpikan oleh banyak orang. Cerdas, komunikatif, inklusif, punya gagasan, mapan dalam karir, dan berjiwa petarung.

 

Saya setuju, tulisan itu mengungkap kondisi rill tentang seorang Tomy. Saya tahu itu, karena meskipun saya tidak begitu akrab dengan beliau, tetapi untuk sekadar menverifikasi kebenaran konten tulisan itu, tidaklah terlalu rumit.

 

Cerdas: nyatanya ia memang cerdas. Komunikatif: siapapun yang bertemu dengan Tomy akan merasa nyaman berbincang dengannya. Mengapa begitu, karena ia tidak memonopoli kebenaran berpikir. Ia selalu membuka ruang-ruang dialektika, sehingga orang yang menjadi lawan bicaranya akan senang karena merasa dihargai. Mapan dalam karir: ini yang paling mudah, semua orang Bulukumba tahu bahwa ia adalah Wakil Ketua DPRD Bulukumba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun