Sore sepulang kerja, agus terjebak macet yang amat akut. Klakson-klakson saling bersahutan "Tiiinnnn.. Tiiiinnnn.." klakson motor menyela, "Diinnnn... Diiinnnn" klakson mobil bergemuruh. Dari kejauhan seorang laki-laki berteriak "Bapak-bapak, ibu-ibu, tolong buka jalan. Kami membawa pasien, kondisi kritis". Agus benar-benar termangu melihat semua kekacauan yang terjadi sehasta didepan matanya itu.
"Tuhan, mengapa sekompleks ini?" ucapnya dalam hati.
Plaakkk... seseorang memukul lembut bahu agus dari belakang. Dilihatnya sesosok kakek-kakek setangah senyum, kusam, dan penuh keringat.
Dengan lembut kakek tersebut berlirih "Permisi dik, boleh kakek minta airnya sedikit? Persedian air kakek habis"
Penuh sigap agus segera memberikan air yang berada di saku kuda besi-nya kepada si kakek. "Boleh kek, minumlah" agus memberi botol minumnya kepada si kakek.
Seusai minum, tak lupa kakek tersebut mengucapkan terimakasih kepada agus. Sembari berucap "Alhamdulillah ya Dik, orang-orang seperti kita selalu diberi waktu dan kesempatan belajar dan belajar dari ayat-ayat sekitar dalam setiap situasi dan kondisi"
Dengan ekspresi penuh tanya "Ayat-ayat sekitar? Maksudnya, kek?" tanya agus
"Iya, ayat-ayat sekitar. Kalau kita paham dan teliti, ayat-ayat tuhan itu sejatinya bukan hanya termuat didalam kitab-kitab. Ayat-ayat tuhan itu sejatinya bertebaran dimuka bumi. Coba kamu lihat kendaraan-kendaraan dihadapan Mobil Ambulance itu, seandainya saja mereka paham bahwa urusan nyawa lebih mendesak daripada ego, mestinya mereka sudi melempar ego, meluangkan rasa dan tenaga untuk pasien yang ada didalamnya. Dari mereka kita membaca, dari mereka kita belajar." Tegas si kakek
Dalam kebingungan agus mulai paham, sembari melontar tanya kepada kakek tersebut "Apakah artinya setiap kondisi dan situasi adalah bentuk teks-teks/kalimat-kalimat yang berwujud?"
Hahahaha, "Kamu pikir aja sendiri" jawab sang kakek setengah mengejek
Sang kakek kemudian berlari pelan sesambil  menepuk setiap pundak yang ia jumpai sembari bernyanyi "Makin hari makin susah saja, menjadi manusia, yang manusia. Sepertinya menjadi manusia, adalah masalah buat manusia"
Agus seketika terkaget-kaget melihat tingkah sang kakek. Dalam hati agus menduga sang kakek adalah orang dalam gangguan jiwa (ODGJ). Tapi disisi hati yang lain agus bertanya "Tapi kok tadi pembicaraan kakek seakan-akan menggambarkan ia bukan pengidap ODGJ? Ah sudahlah" tegas agus dalam hati nya yang lain.
Dalam diam agus mulai menilik satu persatu keadaan sekitar "Benar sekali kata-kata si kakek. Kalau dipikir-pikir ruang media membaca manusia itu sangat luas, bukan hanya buku-buku, bukan hanya membaca dengan mata, tapi juga dengan rasa. Pikiran akan mengolah setiap yang dibaca oleh mata dan rasa yang diserap oleh manusia, entah berdasarkan pengalaman atau, kalimat-kalimat yang menari diatas lembaran"
Tak lama berselang, para petugas berwajib setitik demi setitik berhasil mengurai kemacetan. Meski menguras waktu. Agus merasa paling tidak mendapat kepastian dalam menunggu. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H