"Maafkan saya nak. Mulai sekarang saya akan lebih memperhatikan kalian," ucap Pak Okre.Â
Mendengar itu Nasru tampar pegangan Pak Okre dan berbalik. Dia tatap Pak Okre lekat-lekat dengan air mata keluar dari wajahnya.Â
"Maaf pak. Saya tahu Pak Okre sibuk, Pak Okre juga harus mengurusi Kakel yang sedang PKL. Tapi kami juga membutuhkan bapak. Kami adalah generasi penerus mereka. Kalo bapak terus-menerus bersikap seperti ini, saya yakin bapak tidak akan menemani siapa pun tahun depan. Kami mohon pak, kami mohon. Jangan menjadi guru olahraga. Kami membutuhkan bapak untuk menerangkan, untuk mempraktikkan, atau setidaknya jangan hanya menolak karya kami. Beri kami alasan kenapa karya itu gagal dan beri kami tips bagaimana agar karya itu bisa jauh lebih baik, jangan hanya menolak pak! Komohon," ucap Nasru penuh pelampiasan dengan air mata yang membanjiri wajahnya.Â
Melihat itu air mata Pak Okre menetes. Dia berjalan mendekati Nasru dan memeluknya.Â
"Bapak mengerti. Bapak akan melakukan apa yang kalian inginkan," ucap Pak Okre penuh kasih sayang.Â