Bagas mulai menggeluti aktifitas bertani sejak tahun 2004, di mana sebelumnya bekerja sebagai supir angkutan umum tidak tetap bahkan dikenal preman. Tidak tanggung-tanggung, kini lahan yang dikelolanya seluas 26 ha yang dimanfaatkan untuk mengembangkan puluhan jenis komoditi sayur dan buah.
Bukan hanya kaum pria, munculnya generasi baru pertanian juga melibatkan wanita muda. Maya Stolastika Boleng, petani muda asal Mojokerto misalnya. Walaupun pernah dilarang orang tua, Maya yang bergelar sarjana ini tetap ngotot jadi petani.Â
Bahkan dengan pencapaiannya di bidang pertanian, dirinya pun menjadi duta petani muda tahun 2016. Sebuah penghargaan dari kementerian pertanian Indonesia.
Tentunya, ketiga tokoh muda di atas hanya sebagian kecil dari generasi muda yang bekerja di sektor pertanian. Namun hal yang menjadi benang merah dari keberhasilan ketiganya adalah perbaikan pengelolaan pertanian dan motivasi wirausaha yang gigih. Selain itu, pemanfaatan data dan akses internet yang tepat dapat menjawab berbagai permasalahan yang seringkali dihadapi oleh petani.
Jika anda mencari di sosial media, anda akan banyak menemukan grup diskusi pertanian yang didominasi oleh generasi milenial. Portal berita maupun blog bertemakan pertanian juga cukup mampu menyediakan beragam tips dan informasi yang dibutuhkan. Dengan memanfaatkan hal tersebut maka kapasitas pengetahuan petani muda dapat ditingkatkan.
Petani muda juga dapat menjawab masalah petani seperti permodalan dan akses pasar. Berkat teknologi berbasis internet, permasalahan tersebut dapat diselesaikan dalam genggaman tangan. Untuk permodalan, petani yang belum dikatakan bankable dapat mengakses pendanaan melalui peer-to-peer loan yang disediakan oleh startup berbasis financial technology (fintech).Â
Petani muda juga dapat memperluas jejaring dan akses pasar dengan memanfaatkan startup berbasis e-commerce. Bahkan tekhnologi yang dapat menjawab kendala teknis seperti harvester, transplanter, hingga pemanfaatan drone di dunia pertanian juga semakin berkembang di tangan petani muda.
Fakta-fakta tersebut di atas telah memberikan gambaran peluang dan kekuatan generasi muda untuk menghadapi tantangan bisnis di dunia pertanian. Pemuda membutuhkan kemampuan yang lekat dengan dunia modern untuk menjawabnya, walaupun jumlah pemuda yang terlibat terbilang kecil.Â
Merekalah generasi baru pertanian Indonesia yang dapat memenuhi kebutuhan pangan dunia. Bergabunglah dengan mereka, raih kesejahteraan dengan bertani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H