Sementara itu pertanian menyerap 8.3 juta jiwa. Meski mengalami penurunan jumlah, sektor pertanian tetap menjadi penyerap terbesar dibanding pekerjaan lainnya. Sektor pertanian dinilai membuka kesempatan partisipasi yang besar dari hulu sampai hilir.
Harapan lahirnya Generasi Baru Pertanian
Kemajuan informasi telah mengubah berbagai pola kehidupan masyarakat, khususnya generasi muda. Mereka lebih cepat beradaptasi dan berselancar dengan perubahan ini. Hampir setiap aktifitas mereka bersentuhan dengan perangkat berbasis jaringan internet. Begitu juga dengan industri kreatif berbasis internet saat ini. Ada pemuda yang kaya raya hanya karena membuat konten video atau artikel.
Pada tahun ini, kalangan pemuda yang dimaksud dalam UU Pemuda No. 40 tahun 2009 adalah mereka yang lahir pada tahun 1989 sampai 2003. Generasi tersebut oleh Martin & Tulgan (2002) masuk dalam pengelompokan generasi milenial.Â
Generasi ini dinilai sebagai kelompok yang menjadi tenaga kerja yang paling dicari. Pasalnya, generasi ini sangat memiliki kecenderungan independen, techno savvy, wirausaha, mudah beradaptasi, dan berorientasi pada hasil.
Dengan karakter dan talenta tersebut, generasi milenial menjadi sangat diminati oleh organisasi dunia baik profit maupun non-profit. Lihat saja perusahaan-perusahaan ternama dunia saat ini, para pimpinan manajerial perusahaan pun sangat didominasi oleh kaum milenial. Pasar lapangan kerja pun sangat didominasi oleh mereka yang mencari talenta muda. Lantas bagaimana dengan sektor pertanian?
Pertanyaan terbesar saat ini adalah bagaimana cara agar generasi tersebut dapat tertarik untuk bekerja di sektor pertanian? Melalui tulisan ini, penulis ingin memutar paradigma dari pertanyaan tersebut. Justru pertanyaan yang muncul di benak penulis adalah bagaimana sektor pertanian di tangan generasi milenial?
Coba anda bayangkan jika sektor pertanian dikelola dengan tangan-tangan mereka yang techno savvy, mudah beradaptasi dan berorientasi pada hasil. Di tangan mereka, akan lahir inovasi pertanian modern dari hulu sampai hilir sehingga bertani menjadi semakin efektif dan menggairahkan.Â
Sebenarnya, kecenderungan tersebut telah terjadi di perkembangan pertanian Indonesia. Data pada gambar di atas, terlihat sebuah fakta bahwa jumlah pekerja di sektor pertanian tidak membuat produksi pertanian Indonesia menurun.
Sektor pertanian di Indonesia berjalan semakin efisien. Jumlah tenaga kerja yang sedikit, tetapi peningkatan produksi pertanian justru terjadi. Pada titik ini, penulis memandang bahwa sekalipun sektor pertanian banyak ditinggalkan, tetapi bagi mereka yang bertahan justru menemukan formulasi untuk bertani lebih efektif. Mari kita seksama memberi perhatian dan apresiasi yang tinggi bagi kelompok pemuda yang bertahan ini.Â
Motivasi yang mereka miliki perlu untuk dikaji lebih mendalam hingga dapat ditularkan pada generasi milenial lainnya. Dengan demikian, titik balik krisis petani muda di Indonesia dapat kita mulai saat ini.