Adapun salah satu contoh penerapan epistimologi bayani dalam ilmu perekonomian diantaranya zakat, sebagai bentuk kewajiban bagi umat muslim untuk membantu perekonomian masyarakat kurang mampu sehingga perekonomian mereka dapat terpenuhi melalui zakat tersebut. Disini jelas bahwa zakat dapat mengurangi kesenjangan ekonomi antara yang mampu dan tidak mampu, tujuan dari ekonomi islam tidak hanya memandang keuntungan materialnya tetapi untuk mencapai kesejahteran sosial. Dengan berlandaskan wahyu, perekonomian islam selalu mengedepankan sistem yang adil dan amanah bagi semua lapisan masyarakat. Dari pembahasan diatas dapat diartikan bahwa sains memiliki peran penting dalam menjembatani nilai-nilai islam dengan praktik ekonomi modern.
Epistimologi Burhani dalam Ilmu Ekonomi
      Berbeda dengan pendekatan bayani yang menitikberatkan pada teks wahyu sebagai sumber utama ilmu pengetahuan, epistimologi burhani lebih menekankan pada akal dan logika yang berperan dalam memperoleh pemahaman ilmu pengetahuan. Pendekatan ini memperoleh pengetahuan melalui pengamatan, penalaran kritis, dan analisa serta menolak keyakinan buta dan otoritas yang tidak berdasar. Artinya setiap pengetahuan yang didapat semena mena diklaim begitusaja, tetapi harus berdasarkan pada argumen dan dapat terverifikasi secara empiris. Epistimologi ini menekankan pentingnya ketetapan pengetahuan, yang diperoleh melalui pemahaman mendalam terhadap batasan serta keterbatasan metode ilmiah yang digunakan. Di samping itu, pendekatan ini juga menyoroti peran krusial kerangka berpikir kritis dalam proses pengembangan pengetahuan. Dalam ruang lingkup ekonomi, dimensi ini mempunyai relevansi yang tinggi, mengingat ekonomi di era sekarang sangat bergantung pada analisi rasional dan bukti secara empiris.
Dalam ekonomi islam, perkembangan teori-teori ekonomi yang derlandaskan prinsip islam didorong melalui pendekatan burhani ini, tetapi tetap mempertimbangkan data dan fakta empiris. Â Contohnya, terdapat prinsip islam pada sistem pasar islam dimana segala bentuk transaksi harus terlaksa dengan adil atau sesuai dengan prinsip keadilan. Melalui pemanfaatan riset, analisis data perekonomian, serta prinsip akuntansi, pendekatan ini dapat membantu menjelaskan bagaimana sistem keadilan ini dapat terealisasikan, tentunya berakar pada logika dan penalaran rasional. Pendekatan ini terlihat juga dalam upaya para ekonomi islam yang menggunakan teori dan model ekonomi modern untuk mengevaluasi kebijakan publik, sistem perpajakan, dan distribusi sumber daya. Alhasil dengan adanya pendekatan ini, ilmu ekonomi islam menjadi berkembang dan menjadi disiplin ilmu yang rasional dan berbasis ilmiah, tanpa menyingkirkan nilai-nilai moral dan tetap mengacu pada etika yang terkandung dalam wahyu.
Epistimologi Irfani dalam Ilmu Ekonomi
      Pendekatan irfani adalah metode untuk memperoleh pengetahuan melalui pengalaman. Irfani digunakan untuk menjelaskan kepada manusia tentang ilmu yang diperoleh dengan menjelaskan hakikat tuhan. Dalam hal ini, ilmu pengetahuan dari Al Quran diintegrasikan dengan pengalaman batin dan intuisi untuk memahami ilmu pengetahuan. Dalam islam, dimensi ini muncul dari kesadaran batin, kontemplasi, serta hubungan spiritual yang mendalam dengan sang pencipta. Pendekatan irfani memilliki pandangan bahwa ilmu ekonomi tidak hanya membahas tentang angka dan perhitungannya, tetapi juga menjadi sarana untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan spiritual bagi masyrakat.
      Dillihat dari konteksnya, pendekatan irfani mengedepankan nilai-nilai etika dalam segala bentuk transaksi. Maka dari itu seorang yang menggunakan pendekatan ini akan lebih mengutamakan keadilan, kemudian bagaimana dampaknya terhadap kehidupan spiritual, serta bagaimana cara untuk menciptakan kesejahteraan dalam masyarakat. Pengambilan kebijakan melalui pendekatan ini akan memberikan keuntungan secara material, dan juga memberi dampak positif bagi hubungan sosial dan kesejahteran. Contoh penerapan ini dapat diaplikasikan oleh para ekonom untuk mendorong kesadaran mereka bahwa kekayan yang didapat adalah sebuah titipan amanah dari sang pencipta, sehingga dengan pemikiran tersebut mereka dapat berkontribusi pada kesejahteraan rakyat dan menjaga keberlanjutan lingkungan.
Integrasi Epistimologi Islam dengan Ilmu Ekonomi
      Ketiga pendekatan ini tidak dapat dipisahkan karena saling memiliki peran penting dan saling melengkapi, dengan mengintegrasikan ketiga dimensi ini akan memberikan pengaruh besar terhadap perekonomian islam di era modern seperti sekarang ini. Karena dapat memberi pandangan yang luas dan komperhensif. Pendekatan bayani memberikan pedoman moral dan etika dalam perekonomian, memastikan bahwa kebijakan yang digunakan relevan dengan prinsip islam. Burhani berperan sebagai penyedia alat untukk memutuskan teori-teori ekonomi yang rasional dan berbasis empiris. Irfani, memastikan bahwa ekonomi tidak berfokus pada keuntungan material saja, tetapi juga berfokus pada kesejahteraan sosial.
      Contoh lain dalam sistem perbankan islam. Kombinasi ketiga epistimologi ini dapat mengarahkan pada terciptanya sistem keuangan yang adil, transparan, dan terbebas dari unsur riba. Melalui pendekatan bayani, prinsip-prinsip keadilan sosial menjadi landasan utama dalam sistem perbankan. Pendekatan burhani memberikan ruang bagi analisis rasional untuk mereancang model perbankan yang aman dan efisien. Sementara itu, pendekatan irfani memastikan bahwa praktik perbankan tetap berlandaskan nilai-nilai moral dan etika yang mendalam, termasuk menjaga harmoni antara manusia dan Tuhan.
- KESIMPULAN
Artikel ini menyoroti pentingnya mengintegrasikan Islam dan Sains dalam membangun teori serta praktik ekonomi yang holistik dan relevan dengan kebutuhan era modern. Pendekatan epistimologi islam yang meliputi Bayani, Burhani, dan Irfani memberikan kerangka komperhensif untuk memahami dan mengembangkan ilmu ekonomi berbasis islam. Epistimologi Bayani berfungsi sebagai pijakan moral dan etika dengan merujuk pada wahyu Al Quran dan Hadits. Pendekatan ini memastikan bahwa teori ekonomi islam selalu berpijak pada prinsip keadilan dan kesejahteraan sosial. Epistimologi Burhani memberikan penekanan pada logika, pemikiran kritis, dan analisis empiris. Hal ini mendukung pengembangan teori ekonomi islam yang relevan dan responsif terhadap tantangan ekonomi kontemporer. Epistimologi Irfani menghadirkan dimensi spiritual dan intuisi, yang memungkinkan pendekatan ekonomi tidak hanya berfokus pada keuntungan material, tetapi juga mempertimbangkan keseimbangan antara kebutuhan material dan spiritual demi mencapai kesejahteraan manusia secara menyeluruh. Kombinasi ketiga pendekatan ini menghasilkan kerangka kerja yang memungkinkan sistem ekonomi islam untuk berkembang secara berkeadilan, rasional, dan berbasis nilai-nilai spiritual. Aplikasinya terlihat pada sistem zakat, pasar islami, dan perbankan syariah, dimana nilai-nilai moral, analisis rasional, dan pandangan spiritual saling bersinergi. Artikel ini menekankan bahwa integrsi ketiga pendekatan tersebut tidak hanya bermanfaat secara teoritis, tetapi juga mampu memberikan dampak nyata dalam menciptakan ekonomi islam yang adaptif, relevan, dan berkelanjutan di masa depan.