Mohon tunggu...
Ihsan Afrizal
Ihsan Afrizal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa, hobi saya bermain basket dan mengambar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menelusuri jejak integrasi islam dan sains dalam teori ekonomi modern

23 Desember 2024   02:17 Diperbarui: 23 Desember 2024   02:17 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Abstrak:

Artikel ini membahas integrasi antara islam dan sains dalam teori ekonomi modern dengan menggunakan tiga pendekatan epistimologi islam: Bayani, Burhani, dan Irfani. Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi modern sering kali menciptakan kesenjangan antara sains dan agama, khususnya dalam konteks ilmu ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengekplorasi hubungan antara islam dan sains dalam bidang ekonomi serta menggali cara penerapan prinsip-prinsip islam dalam ekonomi kontemporer. Studi ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan literatur untuk menganalisis paradigma integrasi islam, sains, dan ekonomi. Data sekunder yang digunakan berasal dari jurnal akademik dan artikel ilmiah, yang kemudian dianalisis untuk mengidentifikasi tema-tema yang relevan terkait epistimologi Bayani, Burhani, dan Irfani serta kaitannya dengan teori ekonomi modern menurut prespektif islam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan Bayani menyediakan landasan moral dan etika yang berakar pada wahyu sebagai sumber utama pengetahuan. Pendekatan Burhani berfokus pada akal dan logika, yang mengedepankan pengamatan, analisis kritis, dan verifikasi empiris. Di sisi lain, pendekatan Irfani menekankan pada dimensi spiritual, pengalaman batin, dan kontemplasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai etika dan kesejahteraan sosial ke dalam ilmu pengetahuan. Penggabungan ketiga pendekatan ini memberikan wawasan yang holistik dan menyeluruh dalam pengembangan ilmu ekonomi islam modern. Salah satu contohnya adalah sistem perbankan islam yang dirancang untuk tetap adil, transparan, dan bebas dari praktik riba, yang secara langsung mencerminkan nilai-nilai moral dan spiritual yang diajarkan islam.

Abstract:

This article discusses the integration of Islam and science in modern economic theory using three Islamic epistemological approaches: Bayani, Burhani, and Irfani. The rapid development of modern science and technology often creates a gap between science and religion, especially in the context of economics. This study aims to explore the relationship between Islam and science in the field of economics and to explore how Islamic principles can be applied in contemporary economics. This study uses a qualitative research method with a literature approach to analyze the paradigm of the integration of Islam, science, and economics. Secondary data used come from academic journals and scientific articles, which are then analyzed to identify relevant themes related to Bayani, Burhani, and Irfani epistemology and their relationship to modern economic theory from an Islamic perspective. The results of the study show that the Bayani approach provides a moral and ethical foundation rooted in revelation as the main source of knowledge. The Burhani approach focuses on reason and logic, which emphasizes observation, critical analysis, and empirical verification. On the other hand, the Irfani approach emphasizes the spiritual dimension, inner experience, and contemplation to integrate ethical values and social welfare into science. The combination of these three approaches provides a holistic and comprehensive insight into the development of modern Islamic economics. One example is the Islamic banking system which is designed to remain fair, transparent, and free from usury practices, which directly reflects the moral and spiritual values taught by Islam.

 

  • PENDAHULUAN

Pada era modern ini perkembangan kehidupan dunia semakin cepat, begitu juga dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan menjadi suatu bahan penting bagi manusia untuk membentuk masyarakat dan meningkatkan perkembangan intelektual. Di era modern ini dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan teknologi, terjadi perbedaan yang cukup signifikan antara sains dan agama, terutama dalam bidang ilmu ekonomi yang berpengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Sains dianggap sebagai entitas objektif dan rasional, sedangkan agama terutama dalam konteks islam, dianggap berbeda sebagai area yang terasing dari dunia keilmuan. Dalam konteks islam, jika dilihat dari sejarah peradaban islam bahwa, segala bentuk ilmu pengetahuan tidak hanya dilihat dari sisi rasionalnya saja, tetapi juga sebagai bentuk penghambaan kepada sang pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Esa, yang mengarah kepada kemajuan dan kesejahteraan umat manusia. Teori teori modern yang membahas masalah perekonomian kerap dianggap terlepas dari nilai keislaman atau spiritual, maka dari itu diperlukan metode pendekatan untuk memahami bagaimana nilai-nilai dalam islam dapat terintegrasi dengan sains guna memunculkan teori ekonomi modern yang lebih holistik.

Islam telah mengajarkan bahwa setiap cabang ilmu terutama ilmu ekonomi harus berlandaskan kepada wahyu pada prinsip moral, etika, dan spiritualnya. Metodologi tidak hanya berfokus pada keilmuannya saja, tapi juga berfokus pada sumber-sumber pengetahuan yang diakui dalam agama islam. Epistimologi islam memberi pendekatan yang menyeluruh dalam mengkonstruktur ilmu pengetahuan. Epistimologi adalah teori pengetahuan yang pokok pembahasannya mengenai hakikat dan sumber pengetahuan, kebenaran pengetahuan, dan cara memperolehnya. Epistimologi islam telah menawarkan pendekatan yang mendalam melalui tiga dimensi yaitu bayani, burhani, dan irfani. Ketiga pendekatan ini tidak hanya menekankan pada penggunaan akal atau rasionalitas, tetapi juga merangkul paham mendalam tentang wahyu dan pengalaman spiritual.

Artikel ini dibuat dengan tujuan untuk memahami lebih dalam mengenai hubungan islam dan sains dalam ilmu ekonomi serta menelusuri jejak teori ekonomi modern dengan mendalami prinsip-prinsip dasar dalam agama islam, sehingga dapat teraplikasikan dalam ekonomi kontemporer.

  • METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode literatif guna menganalisis paradigma integrasi islam, sains, dan ilmu ekonomi dengan pendekatan Bayani, Burhani, dan Irfani. Data yang didapat bersumber dari data sekunder yang dikumpulkan dan dicari dari berbagai sumber seperti, jurnal akademik, dan beberapa artikel ilmiah. Setelah dikumpulkan kemudian dilakukan analisis terhadap data yang terkumpul, dimana berbagai tema yang membahas epistimologi Bayani, Burhani, dan Irfani mulai diidentifikasi dan dikaitkan dengan teori-teori ekonomi modern dalam pandangan islam. Tema ini nantinya akan dirangkai untuk menemukan hubungan antara akal, wahyu, dan pengaplikasian spiritualis didalam pengembangan ilmu ekonomi. Selain itu, metode yang digunakan yaitu dengan melihat jejak historis, bagaimana epistimologi islam ini dapat berkembang di era modern serta kontribusinya dengan pembentukan teori ekonomi modern. Penelitian ini hanya sebatas hasill studi literatur sehingga tidak melakukan penelitian dengan bereksperimen atau dengan wawancara. Oleh karena itu data yang didapat bersifat konseptual dan interperatif, sesuai dengan sumber-sumber yang ada.

  • PEMBAHASAN

Epistimologi Bayani dalam Ilmu Ekonomi Islam

            Metode bayani atau dikenal dengan metode tekstual adalah cara berfikir dengan berlandaskan wahyu dari Al Quran dan Hadits Nabi. Wahyu dari Al Quran dan Hadits ini dipercaya dapat menginspirasi, mengarahkan, dan menentukan kemana arah kajian Islam dan Sains ditujukan. Pendekatan ini tidak memberikan kebebasan terhadap akal pikiran untuk mengartikan wahyu dan memaknai maksud dan tujuan dari ayat yang ada, karena untuk menjaga kebenaran dalam pengertian makna teks dan menghindari penyelewengan makna yang menimbulkan ketidak sesuaian dengan teks sesungguhnya. Dimensi ini sangat berperan penting dalam studi islam, akan tetapi harus hati-hati dalam pengaplikasiannya supaya pendidikan islam tetap terjaga dan relvan hingga saat ini. Epistimologi islam berbeda dengan epistimologi barat, dimana dalam epistimologi islam menghargai wahyu sebagai sumber pengetahuan dan menempatkan argumen dan logika diatas prinsip prinsip agama. Sedangkan pada epistimologi barat, cenderung mengedepankan empirisme dan rasionalisme dalam ilmu pengetahuan, mereka mengandalkan pemikiran kritis dan analitis melalui pengamatan dan eksperimen untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam illmu ekonomi, pendekatan ini difungsikan menjadi dasar moral dan etika. Pada prinsip ekonomi islam, banyak ditemukan teks-teks berisi pembahasn mengenai larangan riba (bunga), zakat, dan pembagian warisan. Segala bentuk aturan dan hukum yang dibahas didalam wahyu mengarah kepada sistem keadilan dalam distribusi ekonomi, artinya jelas bahwa wahyu digunakan sebagai lendasan dalam membangun sistem perekonomian islam. Dilihat dari integrasinya, pendekatan ini berfungsi untuk mengevaluasi relevansi serta keefektifan prinsip ekonomi islam dalam menghadapi tantanngan kontemporer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun