Mohon tunggu...
Ihsan Fitriadi
Ihsan Fitriadi Mohon Tunggu... Dosen - LSM, Peneliti

Menulis untuk mengingatkan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Menuju Debat Ketiga Capres 2024: Mengenal Isu-isu dalam Materi Debat dan Harapan Pemilih

4 Januari 2024   13:48 Diperbarui: 4 Januari 2024   13:48 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Memasuki tahun 2024, Kampanye pemilu Pilpres/Cawapres Indonesia kini berada pada tahap penting: dari serangkaian lima debat yang disiarkan televisi secara langsung, awal tahun ini akan disambut dengan Debat Ketiga yang akan berlangsung tgl. 7 Januari 2024.

Dalam Debat Ketiga ini mungkin KPU masih akan mempertahankan format seperti dalam dua debat sebelumnya. Dua debat sebelumnya menghasilkan kebingungan bagi sebagian besar pemirsa, karena tidak berhasil mengeksplore ide dan gagasan para kandidat.

Para panelis yang terdiri dari para ahli hingga guru besar dari bidang yang terkait maateri,  dibatasi perannya hanya sebagai "tukang ambil nomor", persis seperti dalam kuis atau "pengkonclongan" turnamen sepak bola.

Meski demikian, diharapkan debat ketiga akan menampilkan sesuatu yang lebih dari apa terlihat dari debat pertama dan kedua. Mengingat debat ketiga akan menampilkan para Capres, tidak ada salahnya bila memori kita diingatkan kembali apa yang terlihat dari debat pertama (Capres).

Apa Yang Bisa Dilihat Dan Disimpulkan Dari Debat Perdana?

Debat perdana Calon Presiden pada 22 Desember 2023 lalu berfokus pada enam tema: hukum, hak asasi manusia, pemerintahan, pemberantasan korupsi, reformasi birokrasi, dan penguatan demokrasi. Dimoderatori oleh dua pembawa acara, menampilkan 11 panelis yang terdiri dari para ahli, dengan materi yang telah dirumuskan secara tertulis, dan pertanyaan debat dengan cermat dipilih secara acak oleh para panelis untuk dijawab oleh ketiga kandidat.

Para peserta kemudian mengajukan pertanyaan-pertanyaan pilihan satu sama lain dan terjadi perdebatan sengit, terutama antara Prabowo dan Anies. Namun, untuk menunjukkan kemahiran politiknya, ketiga politisi kawakan tersebut dengan cekatan menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit, yang sayangnya tanpa memberikan jawaban yang jelas dan konkrit.

Dalam pandangan penulis, penampilan menonjol pada malam itu adalah milik Anies Baswedan yang menampilkan dirinya sebagai kandidat pendukung perubahan. Ia tampil tegas dan menyerang secara lugas sejak awal, dengan jelas memposisikan dirinya sebagai katalisator transformasi.

Dengan memanfaatkan latar belakang intelektualnya, Anies sangat santai dan energik dalam debat tersebut. Dengan terampil Anies menambahkan data untuk memperkuat argumentasinya. Dengan menjadikan "perubahan" sebagai tema dan misi utama kampanyenya, Anies secara strategis menarik kontras yang tajam antara dirinya dan pemerintahan Presiden Jokowi, sehingga menampilakn dirinya sebagai representasi oposisi yang tangguh dan bermartabat.

Di sisi lain, Prabowo Subianto tampil defensif, terutama ketika menjawab pertanyaan pertama dari Anies yang "menantang" mengenai pelanggaran HAM masa lalu di Papua dan terutama pertanyaan Anies mengenai keputusan Mahkamah Konstitusi yang mengizinkan Gibran mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden.

Ketika menjawab keterlibatannya di balik penculikan aktivis pro-demokrasi pada tahun 1997-98, Prabowo menjawab dengan mengatakan bahwa permasalahan tersebut telah terselesaikan. Ia hanya menyatakan bahwa aktivis demokrasi, Budiman Sudjatmiko, yang pernah menjadi korban penculikan kini mendukungnya. Tetapi sama sekali tak memberi jawaban rasional yang di dukung data.

Sementara Capres No urut 3, Ganjar Pranowo, berusaha tampil bijak dan bersikap di tengah serta berusaha menghindari perbedaan dengan pemerintah (Jokowi). Sayangnya performa ini membuat Ganjar seperti serba ragu-ragu dan tidak mampu menunjukan orsinilitasnya. Pada debat pertama ini, jelas nampak kalau Ganjar masih berusaha bersaing dengan Prabowo untuk mengambil peran sebagai penerus dan meraih simpati Jokowi.

Hal ini kemudian terbukti menghasilkan resiko elektabilitas bagi pasangan no. urut 3 dalam konteks kampanye pemilu. Akhirnya penampilan Ganjar dalam debat tidak memiliki momen yang mengesankan meskipun ia tampak santai dan percaya diri, tetapi tidak banyak hal yang yang bisa terekam dalam memori pemilih.

Kesimpulan dari debat pertama dapat digambarkan sebagai sebuah dialog - meski Anies terlihat sedikit lebih progresif. Sebagian besar pesertanya (Capres) menahan diri untuk tidak membuat perbedaan yang tajam satu sama lain, dan lebih mengedepankan gimik. Baik  Ganjar terutama Prabowo berhati-hati dalam menilai pemerintahan Jokowi, tapi Anies berhasil menunjukan sesuatu yang "berbeda" meski tidak signifikan.

Apa Yang Bisa Diharapkan Dalam Debat Ketiga Mendatang?

Tema debat ketiga (Capres): Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional dan Geopolitik.

Tren Global di tahun 2024, yaitu konflik dan persaingan antaraktor, keamanan dan kerawanan pangan, keamanan energi dan krisis energi, keamanan manusia, keamanan lingkungan dan iklim, keamanan siber dan serangan siber, serta kecerdasan buatan.

Konflik dan persaingan antar aktor ini akan mewarnai politik dunia. Terutama mengenai perang Israel-Palestina serta Ukraina-Russia yang dapat berdampak pada berbagai sektor, seperti isu kemanusiaan, energi, dan pangan. Selain, perang ada juga persaingan antara Amerika Serikat dan China yang akan mengemuka di tahun 2024 dan fenomena berakhirnya dominasi dolar (dedolarisasi).

Tetapi  melihat fenomena nya, dari sekian banyak issue terkait materi dari sesi debat ketiga ini, beberapa poin berikut kemungkinan akan lebih mengemuka dan menjadi perdebatan:

1. Kemungkinan kerawanan pangan yang diprediksi melandai masyarakat internasional, yang telah memicu kekhawatiran lembaga-lambaga dunia, dan malah direspon pemerintah dengan Prognas Food Estate. Prognas ini kemudian dipenuhi kontroversi karena kemudian hanya menghasilkan kerusakan lingkungan dan sarat dengan kolusi dan nepotisme dari kroni-kroni Prabowo yang ditunjuk sebagai penangung jawab kebijakan.

2. Persaingan kepentingan Amerika Serikat dan Tiongkok yang akan bertabrakan di Asia Tenggara, dimana Indonesia berada di tengah dua kekuatan ini. Pemerintah Jokowi terlihat lebih dekat ke tiongkok, tetapi selama perang Hamas-Israel terbukti bahwa Indonesia bahkan belum bisa melepaskan ketergantungannya dari Amerika Serikat.

3. Menguatnya BRICS+ sebagai kekuatan ekonomi baru yang menantang dominasi AS, G7 dan G 20, mengharuskan Para Kandidat Capres untuk menyampaikan konsep dan opininya dalam mempertimbangkan kembali posisi Indonesia di masa depan dalam geoekonomi global.

4. Kecerdasan buatan adalah peluang baru sekaligus ancaman, issue ini melingkupi pula soal keamanan data dan kontrol digital oleh korporasi besar, fitur kemanan data Indonesia berkali-kali bobol, karenanya Capres perlu menyampaikan konsep dan opini yang jelas soal kemanan data nasional dan privasi warga negara.

5. Perang Hamas-Israel telah berubah menjadi ajang Genosida di satu sisi, tetapi di sisi lain juga merupakan tantangan langsung yang dihadapi seluruh dunia Islam -- terhadap  peradaban Islam  secara keseluruhan - dan akan berdampak luas. Perang ini telah membagi dunia kedalam dua kelompok kekuatan besar dan membuka front terdepan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sejauh ini respon Indonesia - sebagai negara dengan mayorits muslim terbesar -- masih sangat minim. Perlu di ketahui labih jauh bagaimana sikap para kandidat terkait fenomena ini, terutama bagi pemilih muslim yang mayoritas.

Banyak yang beranggapan, Prabowo sebagai pejabat Menhan dan pernah malang melintang di dunia militer, mungkin lebih berpengalaman materi dalam dabet ketiga ini. Namun, sebagai kandidat yang menyatakan diri penerus Jokowi, tentu ini justru akan menjadi tantangan baginya,mengingat sejauh ini banyak kebijakan internasional dari pemerintah yang salah tempat.

Akan menjadi keunggulan bila Prabowo mampu menjelaskan kepada pemilih secara rasional dan komprehensif yang didukung data. Ini juga akan berarti satu upaya mencerdaskan pemilih, dan tidak sekedar menampilkan gimik, seperti dalam debat pertama.

Anies, sebagaimana sebelumnya akan kembali menampilkan pesona intelektualitas dan pemahaman mendalam mengenai materi debat. Soal pengalaman juga tidak kalah, diketahui sebelumnya Anies telah sering menjadi pembicara di ajang internasional - kebanyakan di negara-negara barat -- baik selama menjabat Gubernur Jakarta pun ketika masih menjadi Rektor Paramadina. Yang jadi pertanyaan, mampukan Anies memaparkan konsep dan pemikirannya menjadi sesuatu yang mudah difahami pemilih? Sehingga pemilih kemudian menganggap apa yang disampaikan Anies penting dan perlu. Bila tidak, mungkin momen debat ketiga akan menjadi titik dimana pemilih agak menjauh.

Sementara bagi Ganjar, momen debat ketiga ini perlu lebih mempertegas posisinya, apakah menarik garis tegas dengen jokowi atau masih larut dalam ilusi menjadi penerus Jokowi? Ini akan mejadi pertaruhan naik atau turunnya elektabilitas pasangan no urut 3. Sebagai catatan, Jawa Tengah adalah salah satu Provinsi yang mendapat investasi dan bantuan langsung dari tiongkok. Hal ini dimungkinkan karen selama menjabat Gubernur Jawa Tengah, Ganjar berkali-kali mengunjungi Tiongkok.

Bagaimanapun, materi-materi yang cukup "berat" dalam debat ketiga ini perlu pembahasan mendalam dari para kandidat. Pemilih perlu penjelasan yang mencerdaskan dan informasi yang cukup.

Ini penting, mengingat fungsi debat kandidat adalah: Pertama, Menyebarluaskan profil, visi dan misi, dan program para pasangan capres dan cawapres kepada pemilih dan kepada masyarakat. Kedua, Memberikan informasi secara menyeluruh kepada pemilih sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan pilihannya. Ketiga, Menggali dan mengelaborasi lebih dalam dan luas atas setiap tema yang diangkat dalam debat.

Debat Ketiga diharapkan akan lebih berarti di banding dua debat sebelumnya. KPU sebagai penyelenggra diharapkan lebih memberi ruang dan waktu yang cukup bagi para kandidat untuk mengelaborasi dan menyampaikan pesannya. Selain itu, para panelis juga perlu difungsikan sebagaimana seharusnya, yaitu untuk menggali lebih dalam informasi dan visi misi para kandidat, yang mengharuskan adanya dialog interaktif dan bukan sekedar "tukang tulis" pertanyaan atau tukang "konclong" pertanyaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun