Dalam prakteknya terdapat lima tahap strategi branding yang aplikatif dalam branding politik kandidat. Pertama, Tahap Brand Awareness, Pada tahap ini kandidat memperkenalkan diri kepada calon pemilih. Hasil pada tahap ini adalah pemilih "tahu" dan sadar akan keberadaan kandidat.
Kedua, tahap Brand Knowledge. Pada tahap ini calon pemilih sudah mulai punya pengetahuan dan pemahaman lebih terhadap kandidat. Hasil dari tahap ini adalah pemilih sudah tahu akan eksistensi kandidat sekaligus mulai memahami maksud politik dan program kandidat.
Ketiga, tahap Brand Preference. Pada tahap ini calon pemilih sudah mulai membandingkan antara kandidat dengan kandidat yang lain dengan memberikan persepsi yang positif kepada kandidat dibanding kepada kandidat lain. Tahap ini sekaligus menunjukan tingkat keberhasilan positioning yang dilakukan kandidat.
Keempat, tahap Brand Liking. Pada tahap ini calon pemilih mulai memiliki rasa suka terhadap kandidat dan berniat akan memilihnya pada saat pemilihan. Jika seorang kandidat sudah memasuki tahap ini dan memperoleh hasilnya, maka dapat dibilang posisinya sudah memasuki wilayah aman tahap satu. Namun yang mesti diingat, rasa suka seseorang masih bisa dipengaruhi bahkan dirubah dengan berbagai kondisi yang datang kemudian.
Kelima, tahap Brand Loyalty. Pada tahap ini calon pemilih sudah setia kepada kandidat yang akan dipilihnya. Pemilih sudah memiliki keyakinan yang kuat untuk mendukung dan memilih kandidat dan tidak akan memilih kandidat lain.
Berdasarkan lima tahapan diatas, seorang kandidat atau Tim sukses harus benar-benar memahami hal-hal yang harus dilakukan dan yang harus di hindari, saat membangun branding untuk kampanye politik. Harus difahami benar, bahwa brand politik mencakup lebih dari sekadar desain atau gambar. Tetapi juga kata-kata yang diucapkan, tindakan dan sikap yang diambil, dan bagaimana dampaknya terhadap orang lain dan/atau masyarakat.
Untuk itu, hal-hal yang harus di lakukan dalam membangun branding politik adalah:
- Mengidentifikasi dan menentukan audiens target.
- Pilih platform yang sesuai dengan audiens dan branding politik yang ingin di capai. Karena, orang tidak akan memilih seorang kandidat  jika mereka merasa tidak bisa terhubung dengan kandidat.
- Tentukan "apa yang membuat kandidat menonjol". Buatlah story tentang kandidat yang bersifat "menjual" kepada pemilih, dan bagaimana prinsip seorang kandidat, kemudian kombinasikan dengan apa yang membuat kandidat lebih menonjol dibanding kandidat lain.
- Buat kalimat dan elemen visual yang kuat.
- Berinteraksi dengan pemilih, dengan berbagi atau menanggapi suatu isu yang ada di masyarakat.
Hal-hal yang harus di hindari, adalah:
- Tidak mengetahui siapa yang menjadi target atau siapa audiens target kandidat, penting untuk menentukan ceruk pasar pemilih yang tepat dengan cara yang sejelas mungkin.
- Meniru orang (kandidat) lain secara membabi buta. Ada perbedaan besar antara menyalin dan mengambil inspirasi (buatlah brand sendiri yang unik).
- Tidak konsisten, hal ini bisa membuat audiens bingung dengan branding yang di buat seorang kandidat.
- Berorientasi pada pesaing dan tidak berorientasi pada audiens, uayakan selalu berusaha menjadi lebih baik dari pesaing dengan memperhatikan audiens.
- Menampilkan sifat negatif. Untuk membangun brand/citra yang baik, hal penting yang harus diperhatkan adalah kandidat harus memancarkan energi positif.
Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H