Favorit gue adalah gestures untuk mengontrol playback musik. Pengguna menggambar ‘II’ dengan dua jari untuk play/pause, menggambar ‘<’ untuk previous track, dan menggambar ‘>’ untuk next track. Fitur ini sangat berguna terutama saat mendengarkan lagu di kegelapan, misalnya di sebuah penerbangan malam. Gue bisa skip ke lagu berikutnya tanpa perlu mendapat tatapan sebal dari penumpang sebelah yang terganggu dengan cahaya terang dari layar smartphone.
Tombol Navigasi
Sebagian orang memilih tombol on screen karena memiliki perilaku yang lebih fleksibel dan bisa berubah-ubah tergantung konteks dan aplikasi yang sedang aktif. Selain itu, mereka merasa tombol fisik yang terletak di bawah terlalu sulit untuk dijangkau. Anehnya, meski tombol on screen diaktifkan, tombol capacitive di bawah layar akan tetap menyala. Bagi orang dengan OCD seperti gue, hal tersebut cukup mengganggu.
Penutup
Jika Anda berencana membeli smartphone Android dengan dana kurang dari 5 juta, maka OPO adalah pilihan paling sempurna, bahkan mungkin pilihan satu-satunya. Smartphone lain dengan kisaran harga yang sama adalah Nexus 5 dan LG G2, tapi spesifikasi dan kinerjanya berada jauh di bawah OPO. Bahkan OnePlus One pun menurut gue masih pilihan yang lebih menarik dibanding Samsung Galaxy S5, HTC One, ataupun LG G3, tentunya jika harga menjadi pertimbangan. Perbedaan harganya yang mencapai 2 s.d 3 juta rupiah nggak cukup menjustifikasi peningkatan kinerjanya yang nggak seberapa.
Ketika OnePlus menyebut OPO sebagai sebuah Flagship Killer, mereka nggak sedang bercanda. Sebagai perusahaan gurem, masih jauh bagi mereka untuk mengalahkan penjualan Samsung dan Apple yang membelanjakan miliaran dolar setiap tahunnya untuk memasarkan produk mereka. Tapi mereka memberi harapan bagi orang-orang yang menghargai desain cantik, kinerja fantastis, sistem operasi hebat, dan value for money. Bagi gue, OnePlus One seperti mengembalikan hak-hak mendasar gue sebagai manusia untuk mendapatkan barang berkualitas dengan harga terjangkau.
Mampu menghasilkan produk generasi pertama sehebat ini adalah sebuah pencapaian yang luar biasa.
Menghabiskan waktu selama beberapa minggu dengan OPO, tentu saja gue menemukan berbagai kekurangan. Tapi segala kekurangan tersebut nggak terlalu substansial, terutama mengingat harganya yang murah. OPO bisa saja dipersenjatai dengan layar beresolusi lebih tinggi, kamera dengan OIS, fingerprint scanner, stereo speaker, anti-dust, dan waterproof body, tapi tentu saja harganya mustahil dipertahankan di level kompetitif saat ini senilai $299.
Sebuah smartphone ideal adalah perpaduan antara teknologi terkini, desain, kinerja, user experience, dan value for money. Membuat smartphone semacam ini bukanlah perkara yang mudah, mengingat kerumitan teknologi mobile saat ini membutuhkan level engineering sangat tinggi dan model bisnis yang efisien. Menurut gue, OPO sudah berhasil memenuhi kebutuhan pengguna yang paling utama. Mampu menghasilkan produk generasi pertama sehebat ini adalah sebuah pencapaian yang luar biasa.