Mohon tunggu...
Ihdina Binnur
Ihdina Binnur Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru Taman Kanak-Kanak

Seorang perempuan yang menikmati waktu belajar tentang topik-topik kesehatan mental, perempuan, pendidikan terutama pendidikan anak usia dini, dan juga tentang perkembangan teknologi. Bercita-cita untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat. Sering membuat video pembelajaran untuk anak usia PAUD. Selain itu juga sangat menikmati berbagi dengan membuat konten edukatif berjudul “DIARY BAHASA JAWA” dalam youtube Ihdina Binnur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Metode Bercerita dengan Strategi Problem Based Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Memahami Cerita Anak (Bahasa Reseptif)

10 Februari 2024   19:50 Diperbarui: 10 Februari 2024   19:57 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembelajaran berbasis masalah di TK Dharma Wanita Persatuan 1 Poncokusumo, dokpri

Kemampuan literasi merupakan hal yang penting untuk dimiliki tidak hanya manusia dewasa namun juga oleh anak usia dini. Menurut Alberta, literasi adalah kemampuan membaca dan menulis, menambah pengetahuan dan ketrampilan, berpikir kritis dalam memecahkan masalah, serta kemampuan berkomunikasi secara efektif yang dapat mengembangkan potensi dan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat. Literasi yang baik akan mempermudah anak usia dini dalam menempuh pendidikan pada jenjang selanjutnya. Literasi tidak hanya berpengaruh di dunia Pendidikan anak, keuntungan dari pembiasaan literasi adalah anak akan memiliki wawasan yang lebih luas. Wawasan yang luas akan membantu anak dalam menyelesaikan masalah-masalah dan membantu anak dalam menjalani kehidupan.

Pada dasarnya anak usia dini adalah peniru, apa yang mereka lihat dan dengar akan mereka tirukan. Masa keemasan (golden age) seorang anak adalah masa penting bagi pembentukan pengetahuan dan perilaku anak (Katni, dkk 2017:47). Pada masa ini kepribadian anak relatif belum matang sehingga anak mudah dibentuk melalui pembiasaan sehari-hari (Armei, 2002:110). Di sini pengaruh lingkunan seperti kebiasaan dari orang tua, menjadi faktor penting dalam pembentukan karakter pembiasaan pada masa anak-anak. Jika orang tua terbiasa membacakan buku, menyukai membaca buku maka kebiasaan literasi pun akan mudah tertanam pada diri anak usia dini.

Namun pemikiran tentang pentingnya literasi masih sangat rendah di kalangan masyarakat. Rendahnya budaya literasi karena beberapa faktor seperti kurangnya pembiasaan membaca buku sejak dini, lebih suka bermain gadget, kurangnya bimbingan dan arahan dari lingkungan termasuk lingkungan keluarga yang kurang mendukung dan dalam membudayakan literasi.

Sehingga guru sebagai salah satu orang terdekat bagi anak di lingkungan sekolah, memiliki peranan yang penting untuk mengisi kekosongan pembiasaan dalam menumbuhkan literasi di dunia anak. Salah satu upaya untuk menumbuhkan literasi generasi penyuka gadget adalah memanfaatkan teknologi audio visual sebagai media yang menarik bagi anak. Guru dapat menampilkan media audio visual yang mengandung unsur-unsur edukasi yang memfokuskan pada pengembangan kemampuan anak yang masih kurang dalam hal ini adalah kemampuan anak dalam memahami cerita (bahasa reseptif). Hal ini juga sebagai upaya guru dalam memberikan pembelajaran yang mengandung TPACK (Technological Pedagogical and Content Knowledge).

Generasi yang sudah terbiasa dengan gadget dan menonton video perlu diarahkan kepada tayangan yang sesuai dengan usia dan sesuai kebutuhan perkembangannya. Dalam meningkatkan perkembangan bahasa reseptif anak, metode yang digunakan adalah bercerita dengan strategi pembelajaran berbasis masalah. Mengapa pembelajaran berbasis masalah? PBL diharapkan bisa menjadikan pembelajaran lebih menarik karena tidak hanya mendengarkan cerita, namun juga menantang anak untuk memecahkan masalah.

Proses berkreasi dalam memecahkan masalah, dokpri
Proses berkreasi dalam memecahkan masalah, dokpri

Langkah-langkah yang dilakukan dalam mempersiapkan pembelajaran ini adalah : 

1. Menentukan permasalahan yang akan disuguhkan pada anak sesuai dengan topik dan sub topik

2. Membuat modul ajar yang sesuai

3. Mempersiapkan dan membuat video pembelajaran. Berkreasi memanfaatkan menu character pada aplikasi canva pendidikan (pro).

4. Mempersiapkan bahan-bahan loosepart

5. Melaksanakan pembelajaran dengan menayangkan materi, menyaksikan video permasalahan, berkreasi dalam memecahkan masalah dan mempresentasikan hasil kreasi pemecahan masalah.

Pembelajaran ini berhasil meningkatkan fokus dan kemampuan anak dalam memahami cerita (bahasa reseptif). Semua arahan yang diberikan dilakukan tanpa perlu memaksa anak. Karena kebutuhan anak dalam aktualisasi diri dan penghargaannya terpenuhi (Maslow, Abraham: 1943) selain itu juga karena terpenuhinya kebutuhan dasar anak yaitu kesenangan dan kebebasan seperti yang disampaikan dalam modul guru penggerak tetang Budaya Positif tentang 5 kebutuhan dasar manusia. 

Ihdina Binnur - Guru TK Dharma Wanita Persatuan 1 Poncokusumo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun