Mohon tunggu...
Ihshan Gumilar
Ihshan Gumilar Mohon Tunggu... -

Researcher & Lecturer (Neuropsychology)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Cara Melahirkan Teroris yang Bengis: Sebuah Perspektif Psikologi Forensik

3 Desember 2015   17:59 Diperbarui: 3 Desember 2015   18:36 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Selain tindakan proaktif, ruang konseling gratis yang ditangani oleh tim profesional yang multidisiplin sebaiknya disediakan lebih banyak. Bagi orang yang mengalami "kegalauan" ideologi, mereka dipersilahkan untuk datang berkonsultasi. Untuk saat ini, orang masih enggan datang ke ruang konseling disebabkan adanya stigma negatif yang melekat di masyarakat jika seseorang kedapatan mengunjungi psikolog ataupun psikiater untuk mengkonsultasikan masalahnya. Dengan hadirnya ruang konseling yang lebih banyak di masyarakat, hal ini bisa berfungsi sekaligus membantu untuk melumatkan stigma negatif tersebut.

Secara alamiah, manusia terlahir dengan insting untuk mempertahankan hidup. Akan tetapi bagi para teroris, naluri alamiah ini seolah dipancung oleh ideologi yang tertanam di dalam benak mereka. Mereka rela menukarkan hidup yang dimiliki untuk sebuah ideologi yang mereka anut. Dengan demikian, para teroris mempunyai sebuah kognitif (pola pikir dan cara mencerna informasi) yang terdistorsi.

Teroris bukanlah sesuatu hal yang baru, tapi perjalanan waktu selalu melahirkan teroris-teroris baru. Mengetahui bagaimana mereka “terlahir” adalah sebuah pekerjaan rumah yang besar bagi kita semua sebagai seorang manusia. Iya, sebagai seorang manusia. Karena manusia menginginkan hidup yang dilingkupi rasa aman dan mengakhiri hidup dengan ketenangan.

Peneliti di bidang psikologi kriminal dan psikologi syaraf (neuropsychology)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun