Mohon tunggu...
Igon Nusuki
Igon Nusuki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Akademisi MD UGM

Saya berkomitmen untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang dapat memberikan dampak positif dan berkontribusi pada kemajuan Indonesia melalui aktifitas menulis.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dampak Buruk Kebijakan Makan Siang Gratis: Antara Niat Baik dan Resiko Esekusi Kebijakan

7 Januari 2025   20:49 Diperbarui: 7 Januari 2025   22:47 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebijakan makan siang gratis yang diusulkan oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto merupakan langkah ambisius untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia, terutama anak-anak sekolah dan kelompok rentan. 

Kebijakan ini dirancang untuk menyediakan makanan bergizi dua kali sehari kepada jutaan penerima manfaat, mulai dari siswa sekolah hingga ibu hamil dan balita. Namun, di balik niat baik ini, terdapat potensi risiko besar jika eksekusi kebijakan ini tidak dilakukan dengan baik. 

Artikel ini akan mengupas secara kritis bahaya yang mungkin muncul, terutama terkait kesiapan pelaksanaan, potensi kegagalan akibat korupsi, serta dampak negatif lainnya yang dapat timbul.


Kesiapan Infrastruktur: Ujian Besar bagi Implementasi

Implementasi kebijakan makan siang gratis membutuhkan kesiapan infrastruktur yang luar biasa besar. Program ini tidak hanya melibatkan penyediaan makanan secara masif, tetapi juga menuntut koordinasi yang rapi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, sekolah, dan penyedia bahan baku lokal.

Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak sekolah, terutama di daerah terpencil, masih kekurangan fasilitas dasar seperti dapur, ruang makan, atau bahkan akses air bersih. Jika pemerintah memaksakan pelaksanaan kebijakan tanpa persiapan matang, hasilnya mungkin tidak sesuai dengan harapan. Sebagai contoh, makanan bisa terlambat tiba, kualitas gizi tidak terjamin, atau penerima manfaat merasa tidak puas karena pelayanan yang buruk.


Selain itu, rantai pasokan bahan baku menjadi tantangan tersendiri. Kebijakan ini menekankan penggunaan bahan lokal, yang secara teori dapat mendorong perekonomian daerah. Namun, tanpa pengelolaan yang baik, hal ini dapat menyebabkan ketimpangan dalam distribusi bahan baku.

Misalnya, daerah dengan hasil tani melimpah mungkin dapat mendukung kebutuhan program, tetapi daerah yang kurang subur bisa kesulitan memenuhi standar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun