Refleksi dan Rekomendasi
Hari Ibu seharusnya dimaknai sebagai momen refleksi yang mendalam tentang peran ibu dalam masyarakat, bukan hanya sebagai perayaan seremonial. Peran ibu yang sering dianggap sebagai simbol pengorbanan dan keteladanan dalam keluarga perlu dipandang lebih jauh sebagai agen perubahan yang berdaya. Ibu bukan hanya sebagai individu yang merawat dan mendidik anak, tetapi juga sebagai pilar yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan sosial-ekonomi keluarga, bahkan bangsa. Oleh karena itu, Hari Ibu seharusnya menjadi momen untuk menilai sejauh mana masyarakat menghargai dan memberikan kesempatan yang setara bagi ibu dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu dalam dunia kerja, pendidikan, maupun dalam ranah sosial.
Dalam konteks ini, peran pemerintah dan organisasi masyarakat sangat penting untuk menciptakan kebijakan yang mendukung keseimbangan peran antara pekerjaan dan keluarga. Salah satu langkah yang perlu diambil adalah dengan mengimplementasikan kebijakan cuti parental yang inklusif, yang tidak hanya memberikan kesempatan bagi ibu, tetapi juga bagi ayah untuk berbagi tanggung jawab dalam merawat anak. Kebijakan ini diharapkan dapat mengurangi tekanan yang sering dialami oleh ibu untuk menjalankan peran ganda, yaitu sebagai pekerja sekaligus sebagai ibu rumah tangga. Selain itu, fleksibilitas kerja menjadi hal yang penting agar ibu dapat menjalankan kewajibannya di rumah dan di tempat kerja tanpa merasa terbebani.
Selain itu, program pendidikan gender yang menekankan pada kesetaraan peran antara laki-laki dan perempuan perlu ditingkatkan. Kampanye kesadaran tentang pentingnya berbagi tanggung jawab domestik, seperti dalam merawat anak dan pekerjaan rumah tangga, juga dapat memberikan dampak yang besar dalam menciptakan kesetaraan gender. Dengan pendekatan ini, Hari Ibu dapat menjadi lebih dari sekadar perayaan, tetapi sebagai ajakan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan seimbang.
Kesimpulan
Peran ibu dalam diskursus gender adalah topik yang kompleks dan penuh tantangan. Di satu sisi, ibu dihadapkan pada ekspektasi tradisional, sementara di sisi lain, mereka memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan. Hari Ibu dapat menjadi momen penting untuk merenungkan bagaimana kita, sebagai masyarakat, dapat mendukung ibu dalam mewujudkan peran yang lebih setara dan inklusif.
Dengan mengubah narasi tentang peran ibu, kita tidak hanya menghormati jasa mereka, tetapi juga membuka jalan menuju masyarakat yang lebih adil dan setara. Mari kita maknai Hari Ibu sebagai momentum perjuangan bersama untuk kesetaraan gender.
Referensi
Agustinus, A. (2024, Desember 23). Melawan Bayang-bayang Patriarki, Menghormati Peran Ibu yang Tak Tergantikan. Kompasiana.
Benera, L. (2003). Gender, development, and globalization: Economics as if all people mattered. Routledge.
Chambers, R. (1997). Whose reality counts? Putting the first last. Intermediate Technology Publications.