Mohon tunggu...
Igon Nusuki
Igon Nusuki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Akademisi MD UGM

Saya berkomitmen untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang dapat memberikan dampak positif dan berkontribusi pada kemajuan Indonesia melalui aktifitas menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Refleksi Hari Ibu: Peran Ibu dalam Diskursus Gender

24 Desember 2024   00:04 Diperbarui: 24 Desember 2024   00:39 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjuangan Seorang Ibu Modern Indonesia (Sumber: Igon Nusuki)

Beban ganda ini tidak hanya melibatkan waktu, tetapi juga energi emosional yang terkuras akibat tuntutan untuk "sempurna" di kedua peran tersebut. Ibu sering kali diharapkan mampu menjalankan tanggung jawab rumah tangga dengan baik, mendidik anak, sekaligus sukses dalam karier mereka. Harapan yang berlebihan ini dapat memengaruhi kesehatan mental ibu, termasuk munculnya stres dan rasa bersalah karena merasa tidak mampu memenuhi standar yang tinggi tersebut.

Selain itu, ibu sering kali berada di garis depan dalam mendidik anak-anak untuk menjadi generasi yang lebih peka terhadap isu-isu kesetaraan gender. Dalam banyak keluarga, ibu memainkan peran utama dalam memberikan nilai-nilai kepada anak-anak mereka. Namun, tanpa dukungan yang memadai dari pasangan, keluarga besar, maupun lingkungan sosial, tanggung jawab ini menjadi beban yang berat. Dukungan dari pasangan, baik dalam bentuk pembagian tugas domestik maupun dukungan emosional, sangat diperlukan untuk menciptakan keseimbangan yang sehat bagi ibu.

Pekerjaan domestik yang dianggap "tak terlihat" juga menambah kompleksitas tantangan ini. Dalam banyak kasus, kontribusi ibu dalam pengasuhan dan pekerjaan rumah tidak mendapatkan pengakuan yang setara dengan pekerjaan profesional yang dilakukan di luar rumah. Pandangan masyarakat yang masih memandang pekerjaan domestik sebagai tugas "alami" perempuan turut memperkuat beban yang mereka tanggung.

Selain itu, ibu menghadapi tantangan diskriminasi gender dalam dunia kerja. Banyak ibu yang mengalami hambatan dalam pengembangan karier karena anggapan bahwa peran domestik mereka mengurangi kemampuan atau komitmen di tempat kerja. Kebijakan perusahaan yang tidak ramah keluarga, seperti kurangnya fleksibilitas waktu kerja atau cuti melahirkan yang memadai, juga menjadi penghalang bagi ibu untuk mengoptimalkan peran profesional mereka.

Namun, di tengah tantangan ini, banyak ibu yang menunjukkan ketangguhan luar biasa. Mereka tidak hanya mampu mengelola rumah tangga, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan di tempat kerja dan masyarakat. Dengan pengakuan yang tepat, ibu dapat menjadi teladan bagi generasi mendatang dalam menunjukkan bahwa peran domestik dan profesional dapat berjalan berdampingan.

Diskusi: Narasi Baru tentang Ibu dalam Gender Equality

Menciptakan narasi baru tentang ibu memerlukan pendekatan yang inklusif dan progresif. Narasi ini harus mengakui bahwa peran ibu tidak terbatas pada pengasuhan dan domestikasi, tetapi juga sebagai individu dengan potensi besar untuk berkontribusi dalam masyarakat.

Salah satu langkah penting adalah mendorong konsep berbagi tanggung jawab dalam keluarga, di mana peran pengasuhan anak dan pekerjaan domestik tidak hanya menjadi beban ibu, tetapi juga tanggung jawab bersama dengan pasangan. Dengan pembagian tugas yang adil, ibu dapat memiliki lebih banyak waktu dan energi untuk mengembangkan diri, baik secara profesional maupun pribadi. Hal ini juga membantu menciptakan model keluarga yang lebih setara, di mana anak-anak dapat belajar pentingnya kolaborasi dan tanggung jawab bersama.

Perspektif feminisme memberikan pandangan bahwa ibu memiliki hak untuk mengejar karier dan aspirasi pribadi tanpa kehilangan identitas sebagai pengasuh. Masyarakat perlu memahami bahwa ibu memiliki hak untuk memilih peran yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka, tanpa terikat pada norma-norma sosial yang membatasi.

Pendidikan gender sejak dini juga memainkan peran penting dalam membentuk generasi yang lebih memahami kesetaraan. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga dengan pembagian tugas yang adil cenderung lebih menghargai peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan. Selain itu, program pendidikan dan kampanye kesadaran tentang kesetaraan gender dapat membantu mengurangi stigma yang sering kali melekat pada ibu yang memilih jalur profesional atau sebaliknya.

Dengan mengubah narasi ini, masyarakat dapat memberikan ruang yang lebih luas bagi ibu untuk berkembang tanpa tekanan dari ekspektasi sosial yang kaku. Selain itu, lingkungan kerja yang lebih inklusif, seperti fleksibilitas waktu kerja dan cuti parental yang setara, juga dapat memberikan dampak besar dalam mendukung ibu untuk menjalankan peran mereka secara lebih seimbang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun