Mohon tunggu...
Igon Nusuki
Igon Nusuki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Akademisi MD UGM

Saya berkomitmen untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang dapat memberikan dampak positif dan berkontribusi pada kemajuan Indonesia melalui aktifitas menulis.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Cari Kota Terbaik untuk Slow Living: Perspektif Mahasiswa Jogja

21 Desember 2024   09:05 Diperbarui: 21 Desember 2024   09:34 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjalanan menuju puncak Prau (Sumber: Instagram.com/@nusuki_igon)

Suasana malam Malioboro (Sumber: instagram.com/apipjunot) 
Suasana malam Malioboro (Sumber: instagram.com/apipjunot) 

Apakah kota ini cukup menarik untuk menjadi tempat slow living? Ya tentu saja. Yogyakarta adalah kota yang sangat ideal untuk menjalani slow living. Selain memiliki banyak tempat wisata alam yang menakjubkan, Yogyakarta juga memiliki atmosfer kota yang tidak terlalu sibuk, dengan banyak ruang terbuka hijau dan kafe-kafe nyaman. Kota ini memberikan kesempatan bagi saya dan banyak orang untuk menikmati kehidupan dengan lebih santai tanpa kehilangan akses ke berbagai fasilitas penting.

Tidak hanya itu, harga hidup di Yogyakarta juga terjangkau, menjadikannya pilihan yang tepat bagi siapa saja yang ingin menjalani slow living tanpa tekanan finansial yang besar. Di sini, kita bisa menikmati ketenangan alam dan budaya tanpa harus merasa terburuk oleh tuntutan hidup yang serba cepat. Semua ini membuat Yogyakarta menjadi kota yang sempurna untuk memperlambat langkah hidup dan menemukan kedamaian batin.

Kota seperti apa yang ideal untuk slow living? Kota yang ideal untuk slow living adalah kota yang memiliki keseimbangan antara kehidupan modern dan alam yang menenangkan. Kota tersebut harus memiliki akses mudah ke tempat-tempat alam seperti gunung, pantai, dan taman-taman hijau, serta tidak terlalu sibuk dengan aktivitas perkotaan yang memicu stres. Selain itu, kota tersebut juga harus menyediakan ruang bagi warganya untuk menikmati hidup dengan lebih sadar dan bermakna, seperti kafe-kafe nyaman, pasar tradisional, dan ruang terbuka untuk bersantai.

Yogyakarta, dengan keindahan alamnya, kafe-kafe yang nyaman, dan budaya yang kaya, jelas merupakan kota yang sangat cocok untuk menjalani gaya hidup slow living. Bagi saya, Yogyakarta adalah tempat di mana saya bisa merasa lebih tenang, menikmati momen-momen kecil, dan menjalani kehidupan dengan lebih mindful dan penuh perhatian.

Referensi

Ara, S. (2023). Slow Living: Hidup Bukanlah Pelarian tapi Perjalanan. Syalmahat Publishing.

KlikDokter. (n.d.). Manfaat Slow Living untuk Mental dan Tips Melakukannya. Diakses dari https://www.klikdokter.com

Larasati, A. K., Novitasari, D., Pinandita, P. H., & Putri, A. D. (2023). Slow Living: Hidup Bukanlah Pelarian tapi Perjalanan. Jurnal Literaksi, 1(1), 1-10.

Lontar UI. (n.d.). Kajian karakteristik ruang dalam prinsip slow living sebagai respon terhadap kehidupan modern. Diakses dari https://lontar.ui.ac.id

Parkins, W., & Craig, G. (2006). Slow Living. Berg Publishers.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun