Perubahan Sejati yang Kita Butuhkan
Perubahan yang sesungguhnya tidak bisa hanya dilihat dalam bentuk slogan atau simbolisme yang indah. Apa yang dibutuhkan adalah kebijakan nyata, program yang terencana dengan baik, dan sistem pelaksanaan yang dapat diawasi oleh masyarakat. Jika ada paslon yang menjanjikan perubahan, kita harus berani bertanya lebih dalam. Apa program konkret mereka? Bagaimana mekanisme pendanaan dan implementasinya? Siapa saja yang akan terlibat dalam perubahan tersebut? Jika mereka tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar ini dengan jelas dan transparan, maka itu adalah tanda bahwa mereka hanya menjual mimpi, bukan solusi yang bisa diwujudkan.
Sebagai pemilih, kita tidak hanya menjadi pihak yang pasif menerima janji-janji manis. Kita harus mampu membedakan antara janji kosong yang tidak berbasis pada realitas dan visi yang dapat diwujudkan. Dengan menggali lebih banyak informasi dan memastikan bahwa setiap janji politik disertai dengan rencana yang jelas dan terukur, kita dapat membantu menciptakan sistem politik yang lebih transparan dan akuntabel.
Kesimpulan: Membongkar Retorika, Membangun Kesadaran
Apakah agenda perubahan dalam politik hanya kebohongan? Jawabannya sering kali berada di tengah-tengah. Dalam banyak kasus, "perubahan" dalam kampanye politik lebih sering digunakan sebagai alat untuk meningkatkan popularitas tanpa ada komitmen nyata di baliknya. Namun, ini juga menjadi pengingat penting bagi kita sebagai warga negara, kita memiliki peran yang sangat vital dalam memastikan bahwa janji politik tidak hanya menjadi retorika kosong, tetapi diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata.
Kritisisme yang kita tujukan terhadap janji-janji politik bukanlah bentuk pesimisme, melainkan langkah penting untuk memperkuat demokrasi. Jangan biarkan janji politik dan orasi kampanye memanipulasi akal sehat kita. Perubahan sejati tidak akan datang hanya dari slogan, tetapi dari tindakan kolektif kita sebagai masyarakat yang terlibat aktif dalam pengawasan dan pembuatan kebijakan. Dengan kesadaran penuh, kita dapat memastikan bahwa perubahan yang dijanjikan tidak hanya menjadi khayalan, tetapi sebuah kenyataan yang membawa dampak positif bagi masyarakat.
Referensi
Aisyah, M. (2022). Ethos, pathos, logos, dan komunikasi publik: A systematic literature review. Jurnal Darma Agung, 30(3), 442-469.
Dhia, R. N., Jasmine, A. P., & Irwansyah. (2021). Analisis retorika Aristoteles pada kajian ilmiah media sosial dalam mempersuasi publik. Linimasa: Jurnal Ilmiah Komunikasi, 4(1), 81-103.
Hasanah, N. (2020). Retorika dalam komunikasi politik: Studi kasus pidato kampanye. Jurnal Komunikasi Politik, 9(4), 411-422.
Ives, P. (2017). Language and hegemony in Gramsci. Jurnal Filsafat Bahasa, 5(2), 52-68.