Pada awal abad ke-2 SM, Hierapolis mulai memanfaatkan potensi air panas menjadi pemandian dan pusat-pusat pengobatan. Saat itu di bawah penguasaan dari Kekaisaran Seleukia yang Helenistik dengan pemimpin Antiokhos yang Agung.
Kota ini diperluas dengan barang rampasan dari Pertempuran Magnesia tahun 190 SM ketika Antiokhos yang Agung dikalahkan oleh pemimpin Kerajaan Pergamon bernama Eumenes II yang merupakan sekutu Republik Romawi.Â
Setelah Perjanjian Apamea yang mengakhiri Perang Romawi-Seleukia, Eumenes mencaplok sebagian besar Anatolia, termasuk Hierapolis.
Hierapolis ditambahkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1988. Â Saat ini, situs yang terletak di Pamukkale, Turki itu menjadi destinasi wisata internasional yang selalu ramai pengunjung. Hierapolis tentunya bisa mendongkrak ekonomi dari sektor pariwisata di Turki.
Untuk sampai ke Hierapolis, kita harus menggunakan shuttle khusus, sebab lokasinya harus dijangkau melewati jalanan yang cukup terjal. Selain itu, kendaraan besar juga dihindari masuk untuk mengurangi tekanan terhadap kompleks situs kuno itu.
Kami kemarin berkunjung dalam suasana sore yang mendung di musim semi. Alhamdulilah hujan tak turun sehingga kami cukup leluasa menikmati keindahan reruntuhan kota kuno Hierapolis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H