Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah Rumah Sakit di Purbalingga, dari RS Zending sampai ke RSUD dr. Goeteng

16 Mei 2024   09:31 Diperbarui: 16 Mei 2024   09:36 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perpisahan Dr. Allart di RS Trenggiling (Dok : Purbalingga Tempo Dulu / www.igosaputra.com)

Purbalingga termasuk daerah yang cukup awal memiliki rumah sakit modern, bahkan lebih dulu dibandingkan wilayah tetangganya di Karesidenan Banyumas. Rumah sakitnya dibangun oleh para dokter yang tergabung dalam misionaris di 'Kota Perwira'.

Berdasarkan catatan sejarah, rumah sakit pertama di Purbalingga itu dibangun mulai pada Sabtu, 24 Desember 1910 oleh lembaga pengkabaran injil Nederland Zendings Genootscap yang dipimpin oleh Pendeta Dr. Bernard Jonathan Esser dan dr. M. van Stokum utusan dari Gereja Gereformeerde Rotterdam. Kurang dari setahun, pada 21 November 1911 rumah sakit tersebut diresmikan dan mulai melayani masyarakat umum dengan kapasitas dapat menampung sampai 130 pasien.

Sebagai informasi, di Banyumas Rumah Sakit Zending-nya (Kini RS Margono) baru berdiri pada 1914 dan Rumah Sakit Juliana (Kini RSUD Banyumas) berdiri pada 1925.

Nama resminya adalah Zendings Ziekenhuis te Poerbolinggo yang disebut menjadi Rumah Sakit Zending. Namun, karena lokasinya di Dusun Trenggiling, Desa Kalikajar (Kini masuk wilayah Kecamatan Kaligondang), masyarakat lebih gampang menyebut 'Rumah Sakit Trenggiling'.

Jika menilik masa pemerintahannya, rumah sakit tersebut dibangun dan diresmikan pada era Bupati Raden Adipati Ario Dipokusumo VI (1899 -- 1925). Rumah sakit itu menempati bekas pabrik indigo (pewarna kain alami) dan pengepakan gula seluas kurang lebih 8 hektar, lengkap dengan gereja, perumahan pegawai rumah sakit dan pendeta.

Selain, Dr. B.J Esser dan dr. M. van Stokum, beberapa nama yang terlibat dalam pembangunan rumah sakit tersebut yaitu : Marthen Dangin, Hendrik Elifas, Benjamin Emprah, Salmon Asah, Ekker Elifas yang kemudian bekerja menjadi tenaga juru rawat. Kemudian, ada Pak Tir seorang tukang kayu dari Bancar yang menjadi mandor lokal dan Gan Thian Jie, orang Tionghoa yang merupakan donatur terbesar.

Catatan : Marga Gan merupakan pionir Tionghoa di Purbalingga dan mereka menjadi pimpinan di komunitasnya. Selain sebagai saudagar, banyak keturunanannya yang menjadi dokter, anggota dewan kabupaten dan tokoh terkemuka lainnya. Salah satunya Gan Koen Han yang telah saya tulis dan bisa dibaca di sini

R.S Trenggiling kemudian berkembang dan menjadi rumah sakit rujukan bagi warga Purbalingga yang hendak berobat. Masyarakat 'Kota Perwira' yang usianya di atas 50-an pasti paham akan eksistensi rumah sakit itu.

RS Trenggiling di Peta Buatan Belanda (Dok. Banjoemas History)
RS Trenggiling di Peta Buatan Belanda (Dok. Banjoemas History)

Saat Belanda kalah perang pada 1942, Pendudukan Jepang yang menggantikan juga tak mengubah fungsi rumah sakit ini. Dokter-dokter serta para suster serta misionaris Belanda yang bertugas juga tidak diusik. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaaanya, orang Belanda yang hengkang juga hanya di kalangan militer sedangkan para dokter dan susternya masih bertahan.

Salah satunya, dr. Bernard Allaart yang mengabdi menjadi pimpinan RS Trenggiling sampai 1959. Ia dan keluarganya tinggal di Purbalingga dengan rumah tinggalnya di Purbalingga Wetan (Saat ini bekas rumah dinasnya menjadi Rumah Makan Bebek Goreng Haji Slamet).

Pada saat dipimpin oleh dr. B. Allaart, setelah Indonesia Merdeka, rumah sakit tersebut diambil alih sehingga statusnya sebagai rumah sakit zending sudah tidak berlaku lagi dan berganti menjadi 'Rumah Sakit Umum Daerah Swatantra Tingkat ke II Poerbolinggo (R.S.U.D.S II Purbalingga)'. Para dokter, suster dan karyawannya pun menjadi pegawai pemerintah. Meski demikian, suasana kekristenanya masih kental.

Namun, pergantian status rumah sakit itu, rupanya membuat dr. Allaart tidak kerasan. Ia akhirnya memutuskan untuk kembali ke Belanda pada 2 Juni 1959.

Sebuah foto lawas di atas menggambarkan peristiwa perpisahan dokter landa itu. Pada papan yang ada dalam gambar tersebut jelas tertulis : 'Selamat BERPISAH, Dr. Bernard Allaart DENGAN KELUARGA'. Pada bagian bawah ada keterangan 'R.S.U.D.S. II PURBOLINGGO' kemudian ada keterangan tarikh yang menunjukkan '30-5-1959'. Lalu ada lukisan salib di pojok kiri atas dan goresan logo farmasi 'cawan dibelit ular' pada bagian bawah.

'Sang Dokter' tampak berada persis di belakang papan didampingi istri dan dua anak perempuannya. Di sekeliling mereka tampak orang-orang berseragam serba putih khas tenaga kesehatan. Ada yang tampak orang berkebangsaan eropa, tionghoa maupun warga pribumi. Mereka merupakan karyawan dan keluarga besar rumah sakit yang melepas Dr. Allaart dan keluargan pulang kembali ke negaranya.

dr. Allart (Dok. www.igosaputra.com)
dr. Allart (Dok. www.igosaputra.com)

Namun, kiprah Dokter Belanda masih berlanjut. Setelah, dr. Allaart pulang ke negaranya masih yang menggantikanya, yaitu, Dokter Brahman. Kemudian, 'RS Trenggiling' dipimpin oleh orang beretnis Tionghoa, yaitu, dr. Han Tiong Bo. Setelah itu, orang pribumi sudah mulai menduduki pimpinan rumah sakit, yaitu dr. Soedarsono, lalu dr. Slamet Notohamidjojo, dilanjutkan dr. Soetjipto sampai tahun 1979.

Pada era tersebut, Rumah Sakit Trenggiling sudah diambil alih penuh dan dikelola oleh pemerintah daerah. Pada 1979, Gubernur Jawa Tengah Soeparjo Roestam bahkan memerintahkan agar rumah sakit berpindah lokasi yang tidak terlalu jauh dari pusat kota. Soeparjo berpendapat RS Trenggiling tidak strategis lagi dan aksesnya sulit jika Jembatan Sungai Klawing yang berada di Kelurahan Bancar putus karena bencana alam.

Oleh karenanya, pada 1981 mulai dibangun gedung rumah sakit baru yang berlokasi di Kelurahan Kembaran Kulon, Kecamatan Purbalingga. Dua tahun berikutnya, RS tersebut ditetapkan sebagai RSUD Purbalingga, rumah sakit tipe C dengan SK Menkes No. 223/Menkes/VI/1983.

Saat RSUD Purbalingga (Dok. RSUD Purbalingga)
Saat RSUD Purbalingga (Dok. RSUD Purbalingga)

Saat proses pembangunan sampai awal beroperasinya gedung rumah sakit yang baru, RS Trenggiling masih memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Baru pada 5 Mei 1986 secara resmi seluruh kegiatan RSUD Purbalingga pindah ke lokasi yang terletak di Jl. Tentara Pelajar No. 22 Kelurahan Kembaran Kulon, Kecamatan Purbalingga.

Ini lagi yang unik, meski memiliki nama resmi RSUD Purbalingga dan lokasinya di Kelurahan Kembaran Kulon, masyarakat Purbalingga lebih suka menyebut 'Rumah Sakit Wirasana', merujuk pada nama kelurahan yang berbatasan dengan Kembaran Kulon.

Pada tanggal 1 Mei 2010 berdasarkan Peraturan Bupati Purbalingga No. 28 Tahun 2010, RSUD Purbalingga bersalin menjadi RSUD dr Goetheng Taroenadibrata. Ini untuk mengenang pribumi Tanah Perwira yang tercatat sebagai dokter pertama dari Purbalingga. Berdasarkan silsilah, Dokter Goetheng ini masih keturunan Trah Arsantaka, pendiri Kabupaten Purbalingga.

Tampak Depan RSUD dr. Goeteng (Dok. RSUD Goeteng)
Tampak Depan RSUD dr. Goeteng (Dok. RSUD Goeteng)

Kalau dirangkum, berikut adalah sosok yang pernah memimpin RSUD Purbalingga, sejak bernama RS Zending atau RS Trenggiling sampai menjadi RSUD Dr Goetheng Taroenadibrata : dimulai dari dr M. van Stokum (1910 s/d -- ), dr. Bernard Allaart ( -- s/d 1959), dr. Brahman, lalu ada dr. Han Tiong Bo, setelah itu mulai dokter pribumi yaitu dr. Soedarsono, dr. Slamet Notohamidjojo, dr. Soetjipto (-- s/d 1979), dr. Siti Rohmah (1979 -- 1986), dr. Istiyana, M.Sc (1986 -- 1989), dr. Kadarman (1989 -- 1998) dan dr. Nonot Mulyono, M.Kes (1998 -- 2014). Kemudian, dr. Jusi Febrianto, MPh (Plt Direktur 2014 -- 2015), drg. Hanung Wikantono, MPPM (Plt. Direktur 2015), setelah itu kembali dr. Nonot yang menjabat dan sekarang dipimpin oleh dr. Hanung lagi.

Menimbang Ulang Hari Ulang Tahun RSUD

Btw, saya menulis ini karena terpantik dengan berita bahwa pada 5 Mei 2024 lalu, R.S Goeteng merayakan 38 tahun berdirinya rumah sakit tersebut. Berarti, Hari Ulang Tahun (HUT) mereka mendasarkan kepada berpindahnya seluruh operasional rumah sakit dari Trenggiling ke Kembaran Kulon pada 5 Mei 1986.

Hmmh, 38 tahun, kho, kok muda banget yaa... hihi.

Padahal, jika menilik catatan sejarah di atas, hari jadinya bisa jauh lebih tua. Kalau merujuk kepada tonggak awalnya, berarti bisa menggunakan waktu mulai dibangunnya RS Trenggiling, yaitu, pada tanggal 24 Desember 1910. Kalau menggunakan dasar ini, umurnya sudah mencapai 114 tahun pada 2024.

Sebagai perbandingan, hal itu sama seperti yang digunakan sebagai dasar HUT RSUD Banyumas. Mereka berpijak kepada berdirinya RS Julianna (Julianna Bugerziekeneuis) pada 30 April 1925 yang menjadi cikal bakal RSUD Banyumas sehingga pada tahun ini merayakan ulang tahun yang ke 99 tahun.

Alternatif lainnya, berdasar dimulai dibangunnya RS yang saat ini pada tahun 1981 (43 tahun) atau saat diterimanya SK Menkes ditetapkanya sebagai RSUD Purbalingga pada 1983 (41 tahun). Itu kalau suka yang tua sih.. hehe. Kalau suka yang lebih muda lagi ada juga dasarnya, yaitu, 1 Mei 2010 (14 tahun), saat berubah nama dari RSUD Purbalingga menjadi RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata.

Ya, apapun dasarnya dan kapanpun ultahnya, semoga RSUD kita semakin maju, berkembang dan baik pelayanannya.

Salam Historia Perwira!

Sumber Referensi :

Artikel mengenai Gereja Kristen Jawa di https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Kristen_Jawa_Purbalingga

Artikel Sejarah RSUD di https://rsud.purbalinggakab.go.id/profil-2/sejarah/

Artikel Sejarah RS Trenggiling di https://mbaengky.blogspot.com/2016/01/membuka-lembar-sejarah-rs-trenggiling.html

Post RS Trenggiling di Instagram Banjoemas History https://www.instagram.com/p/CLUjccRFsEG/?img_index=1

Artikel Sejarah Rumah Sakit di sini https://historicalhospitals.com/actual-maternity-hospitals-ibu-dan-anak/public-general-hospitals-actual/rumah-sakit-umum-daerah-dr-r-goeteng-taroenadibrata/

Artikel tentang Sejarah RS Trenggiling di Buku Jejak Kolonial di Bumi Perwira karya Gunanto E.S (Penulis)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun