Lahirnya Braen
Ceritanya, untuk mengatasi penyerangan itu, Pangeran Makdum Kusen meminta para perempuan/santriwati untuk memainkan rebana besar yang disebut dengan terbang. Setelah menuliskan syair doa untuk dilantunkan, Syekh Makdum Kusen bermunajat kepada Allah SWT. Ketika pasukan Pajajaran datang, suara dengung dari permainan rebana besar itu berubah menjadi kawanan Tawon Gung yang menyerang Pasukan Pajajaran dan membuat mereka kalang kabut.
Dari peristiwa inilah, tradisi memainkan rebana besar alias terbang dan menyanyikan puji-pujian kepada Sang Maha Pencipta yang disebut Kesenian Braen muncul. Masyarakat di wilayah bekas Perdikan Cahyana masih melestarikan kesenian itu hingga kini.
Syekh Makdum Kusen atau Pangeran Kayu Puring dimakamkan di Desa Rajawana, Kecamatan Karangmoncol. Hingga kini, makam generasi ketiga pemimpin Cahyana yang terletak di lereng bukit itu ramai dikunjungi peziarah. Ada juga Masjid Syekh Makdum Kusen di desa tersebut dengan mihrab kuno yang dipercaya merupakan peninggalannya.
Selengkapnya bisa dibaca di buku "Cahyana Karobal Minal Mu'minin" yang bisa dipesan ke penulis ya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H