Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Syekh Makdum Kusen, Penyerangan Pajajaran dan Lahirnya Braen

23 Maret 2024   14:14 Diperbarui: 23 Maret 2024   14:28 979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Syekh Makdum Kusen, digambar oleh Okta Prihastono

Anak perempuan Syekh Atas Angin pun menjadi penyebar Agama Islam. Rubiah Raja yang mendapatkan tambahan gelar depan Nyai berpindah ke daerah Ragasela, Pekalongan dan meninggal di sana. Adapun Si Bungsu Rubiah Sekar berkiprah di Banjarnegara. Makam Nyai Rubiah Sekar ada di Jambangan, Banjarnegara.

Penyerangan Pajajaran

Saat Syekh Makdum Kusen menjadi pemimpin Cahyana, terjadi peristiwa penyerangan dari Kerajaan Pajajaran. Penyebabnya, mereka tidak rela pangeran junjungannya, Raden Munding Wangi dan keturunannya berpindah kepercayaan menjadi Islam. Pajajaran juga menghendaki Cahyana masih menjadi wilayah bawahannya.

Suatu ketika, Makdum Kusen yang tidak lain adalah cucu Raden Munding Wangi dipanggil menghadap ke Istana Pajajaran. Namun, Makdum Kusen tidak berkenan dan menolak perintah itu. Raja Pajajaran pun murka, lantas, mengirimkan prajurit untuk menyerang Cahyana. "Sareng sawetawis lami, kagungan panggalih murang boten kersa kaereh ing Pajajaran. Sareng kepiren Sang Nata, sanget andadosaken dukanipun. Ing Cahyana lajeng andikakaken nglurugi, kalampahan dipun lurugi".

Syekh Makdum Kusen tentu tidak tinggal diam. Mengetahui Prajurit Pajajaran sudah sampai di sebelah barat Sungai Tambra yang berarti sudah mendekat ke Cahyana, Ia pun menyusun siasat sekaligus bermunajat kepada Allah SWT agar diberi pertolongan.

"Eh, sakhabat-sakhabat ingsun kabeh, saanane padha sira rumaktiya nadhani mungsuh kang ambek wani ing dina sesuk siaga lawan. Kacariyos ing wanci dalu, Sang Pangeran lajeng Sholat Hajat, nenuwun ing Allah. Sakalaing antariksa gumrenggeng sabawaning tawon ingkang sami ngrumiyini methukaken yudha mengsah dhateng tiyang Pajajaran. Prajurit Pajajaran saklangkung risak keprejaya dening tawon".

 Saat tengah bersiap menyerang Cahyana, Prajurit Pajajaran disergap lebih dulu oleh barisan Tawon Gung. Mereka kewalahan oleh serangan pasukan lebah. Pasukan Pajajaran menyingkir, lalu membuat kemah di sebelah barat sungai, di luar wilayah Cahyana untuk menyusun strategi penyerangan ulang.

Syekh Makdum Kusen berdoa kembali kepada Allah SWT. Ia tidak ingin terjadi pertumpahan darah antara Cahyana dengan Pasukan Pajajaran yang notabene merupakan leluhurnya. Doanya dikabulkan dalam bentuk karomah dari Allah SWT yang memunculkan jin untuk memporakporandakan perkemahan Pasukan Pajajaran.

"Sang Pangeran mireng aturing sakhabat bilih yudhanipun kaseser, lajeng manekung malih, manuwun ing Allah, lajeng wonten Jim dhateng sagah ambibaraken mingsah wau. Kalampahan Jim punika lajeng ngrubeda dhateng Prajurit Pajajaran angkalngkung giris dening pangrubeding dhateng prajurit Pajajaran, wekasan sami bibar antuk anggendring"

 Akibat serangan Jin, mereka kocar kacir dan akhirnya terpaksa pulang ke Pajajaran. 'Sabibaring mengsah, Sang Pangeran andhawahaken sabda : "Ing kalen tilase tarub mungsuh saka Pajajaran iku dakarani Kali Muli'.

Kisah ini juga memunculkan versi baru mengenai Suku Pijajaran, yaitu, bukan sisa pengikut Raden Munding Wangi yang tak mau masuk Islam, melainkan sisa pasukan Pajajaran yang malu pulang ke kerajaannya karena gagal menjalankan tugas menaklukan Cahyana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun