Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kisah Shawn Cruden: Dari Rotterdam Menelusuri "Balung Pisah" Leluhurnya di Purbalingga

14 Maret 2024   09:27 Diperbarui: 15 Maret 2024   10:01 2441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Soekiah dari dokumen di laman Nationaal Archief Belanda

Jadi, saya yakin asal Soekiah ini dari Dorp Depok yang ada saat ini ada di Kedungwuluh-Sokawera. Itulah yang saya telurusi 3 tahun lalu itu dimana bertemulah dengan Pak Hudi dan keluarganya yang ternyata masih satu famili dengan Kramawitana, Bapaknya Soekiah.

Kembali ke laptop, Nationaal Archief mendata Soekiah cukup detail. Ia tercatat berkeluarga dan mendaftarkan keluarganya di Dukcapil Suriname sebagai Soekiah Kramawitana. Ia memiliki anak 6 orang anak, yaitu :

  • Said yang lahir 14 Maret 1927
  • Sanjoet, lahir pada 22 September 1928. Sanjoet ini menikah dengan Satijem alias Bok Asmowirjo pada 01-01-1953.
  • Sahom, lahir 12 Februari 1930
  • Sariah, lahir 25 Desember 1931.
  • Sairoen lahir pada 06 Februari 1935.
  • Slamet, lahir 26 Maret 1937.

Mereka semua menyandang nama belakang Kramawitana. Anak keempat, Sariah ini yang melahirkan Aroenah lalu lanjut ke Shawn. Sementara Slamet, punya anak Sutrisno yang melahirkan Stephanie Kramawitana.

Asiknya data Belanda cukup rinci sehingga Shawn pun dengan mudah mengetahui bahwa nenek buyutnya adalah Soekiah yang merupakan kuli kontrak dari Purbalingga. Sebaliknya, data di sini susah banget. Jangankan era kolonial, sesudah merdeka aja perihal data - mendata kita masih kaca balau.. hiks.

Apalagi sebagian besar yang dibawa Belanda berasal dari kalangan rakyat jelata. Jadi, mereka tak banyak upaya untuk mencari keluarganya yang 'hilang' itu. Biasanya sudah pasrah dan tahunya keluarganya itu dipekerjakan Landa entah kemana dan kalau tak pulang ya dianggap sudah meninggal.

Orang tua jaman dulu menyebut mereka yang dibawa Landa dengan sebutan 'digawa werek'. Sepertinya ini asal kata dari Bahasa Belanda, 'werk' yang artinya 'bekerja'.

FYI, imigran Jawa di Suriname didata lengkap data pribadi sampai ciri fisiknya disertai foto diri yang bernomor urut. Kemudian, mereka bekerja berdasarkan kontrak yang diperbaharui 5 tahunan. Gajinya 60 sen untuk pekerja pria dan 40 sen untuk pekerja perempuan. Setelah kontrak selesai, mereka diizinkan pulang ke Jawa. Jika ingin menetap, mereka diberi uang 100 gulden dan sepetak tanah.

Meski tak seburuk praktek perbudakan, kehidupan kuli kontrak juga mengenaskan. Pemerintah tak menyediakan sarana pendidikan. Mereka khawatir, jika mereka menjadi pandai, mereka keluar dari perkebunan dan bekerja di kota.

Begitu kira-kira luur kisah Shawn Cruden dari Rotterdam Belanda mencari 'balung pisah' leluhurnya Soekiah asal Purbalingga yang dibawa ribuan kilometer jauhnya oleh Pemerintah Kolonial Belanda ke Suriname sekira 1 abad lalu...

Salam Historia Perwira!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun