Cukup lama berbincang juga di rumah Mas Agus. Ada anaknya dan teman-temanya yang tertarik untuk ngobrol dengan Shawn sehingga banyak ngalor-ngidul obrolannya..
Setelah itu, aku antarkan dia kembali ke hotel. Besoknya, Shawn sudah kupertemukan daring dengan Arinda, keponakan Pak Hudi yang tertarik ngobrol dengannya. Ibu Arinda (yang berarti juga sepupu Shawn) pulang dari Jakarta untuk bisa ngobrol dengan Shawn. Mereka janjian ketemuan, kopi darat.
Hari berikutnya, aku sudah minta rekans Trian dan Rully dari My Trip My Adeventure (MTMA) untuk mendampingi Shawn explore keindahan Purbalingga. Sayang cuaca tidak bersahabat, hujan seharian sehingga batal dilakukan. Shawn jalan-jalan sendiri keliling Purbalingga area kota saja.
Sebab esok Si Shawn mau balik ke Jakarta sebelum pulang ke Belanda, malamnya kami pun berjumpa lagi di Taman Kota. Keluarga Pak Hudi datang untuk melepas kepergian Shawn.
Anak perempuan Pak Hudi sangat tertarik untuk berbincang dengan Shawn. Mereka berbincang riang, senang dan bahagia lihatnya, insan berbeda benua dan budaya tetapi leluhurnya sama bisa bertemu dan bercengkerama secara tidak terduga.
Shawn bilang akan kembali lagi ke Purbalingga, mungkin saja bersama keluarganya. Nanti, dia ingin explore tanah kelahiran nenek moyangnya itu lebih lama.
Lalu, bagaimana Soekiah dari Purbalingga sampai ke Suriname? Begini ceritanya...
Saya dulu getol melacak sejarah keturunan Kuli Kontrak asal Jawa (Contractarbeders uit Java) yang dibawa Landa ke Suriname.
Berdasarkan laman Nationaal Archief (NA), ada sekitar 565 orang yang teridentifikasi berasal dari Afdeling Poerbolinggo yang dibawa ke negara yang ada di Kawasan Amazon, Amerika Selatan itu untuk menjadi kuli perkebunan Belanda. Salah satunya adalah Soekiah.