Berikutnya, giliran aku menemani berkunjung ke desa kelahiran nenek buyutnya, Soekiah yang ada di Dukuh Depok, Desa Kedungwuluh, Kecamatan Kalimanah.
Dulu, pada saat menelusuri buat Stephanie sudah diketemukan jejak leluhur dan keluarganya sehingga kami tak perlu mencari-cari lagi, langsung cuzz...!
Shawn pun bertemu dengan keluarga Pak Hudi di mana istrinya Pujiyati merupakan canggah dari adik Kramawitana (Ayah Soekiah). Jadi, Shawn dan Pujiyati sepupuan.
Mereka saling berbincang. Meskipun ada kendala bahasa tetapi tetap nyambung dan terasa akrab. Shawn juga video call dengan ibunya Aroenah yang turut berbincang dengan Pujiyati. Nah, kalau Bu Aroenah masih bisa Bahasa Jawa jadi lebih nyambung.
Bahasa Jawanya secara garis besar masih sama, hanya saja ada beberapa kata yang berbeda. Misal, kata 'dunung' untuk 'ngerti' dan beberapa penggunaan kata lain yang agak aneh.
Contohnya, saat Pujiyati bilang 'semoga sehat-sehat yaa', Aroenah tidak ngerti, tetapi diganti 'waras-waras yaa', dia paham. Padahal, waras-waras sudah jarang digunakan dalam konteks itu sekarang...
Shawn juga suka banget kuliner sini. "Enak, Lekker...", katanya. Keluarga Pak Hudi menyuguhkan banyak menu, ada gecot, mie ayam, peyek kacang dan aneka kudapan semua dicoba.
Shawn juga diberi buah tangan duku dan kacang kletik ke hotel yang dibawa dengan senang hati meskipun dia mengaku bingung bagaimana menghabiskannya.
Pas di rumah Pak Hudi, ada Mas Agus Sukoco, Budayawan Purbalingga yang turut gabung. Akhirnya, selepas magrib kita mampir ke Rumah Mas Agus yang tak jauh dari situ. Jadi, sama-sama di Dukuh Depok, hanya saja pak Hudi masuk Desa Kedungwuluh sementara Mas Agus Desanya Sokawera, Kecamatan Padamara.