Pengamatan di Trondol Kidul dilakukan pada pekarangan rumah San Muhni (saat itu 38 tahun) berupa survei permukaan dan ekskavasi yang menyelesaikan 3 buah test pit. Meski sudah banyak kerusakan akibat faktor manusia dan alam namun masih banyak ditemukan artefak, di antaranya: bahan baku 2 buah, calon beliung 76 buah, bahan gelang 3 buah, fragmen bahan gelang 4 buah, sisa gelang 4 buah, fragmen sisa bahan gelang 17 buah, fragmen gelang 1 buah, batu pukul 1 buah. Selain itu, ada calon kapak corong, kereweng polos dan kereweng berhias serta tatal dan arang yang sangat melimpah.
Saat kami berkunjung, Bapak San Muhni masih menjadi pemilik pekarangan yang menjadi lokasi situs tersebut. Ia, yang sudah berusia 78 tahun, sudah tak bisa banyak bercerita. Namun, Tobingah, istri San Muhni memiliki koleksi sisa fragmen gelang, ada 12 buah dengan berbagai ukuran, yang ditemukan di pekarangannya itu.
Pada lokasi di mana dulu penelitian telah dipasang papan pengumuman bahwa itu merupakan situs cagar budaya. Sayang, penulisan situsnya salah, harusnya Trondol tertulis Krondol, kemudian tak ada penjelasan apapun tentang sejarah apa yang ada di dalamnya. Kemudian, pada bekas test pit dipasang semacam tugu penanda.
Situs Karangjoho
Ada dua lokasi di dusun ini, pertama, Situs Karangjoho I ada di atas tepi barat Kali Tungtunggunung. Saat tahun 1981 masih bisa dilakukan karena berupa tegalan yang tak digunakan, pada tahun 1983 sudah menjadi sawah sehingga menyulitkan tim peneliti karena dipenuhi air dan lumpur. Â Temuannya cukup banyak, tatal, bahan gelang dan calon beliung.
Situs Karangjoho II berada di tepi barat dukuh itu, di atas tebih utara Kali Belongising. Pemilik tanahnya Hadimiarso, mantri polisi. Hanya dari survei permukaan pada situs itu ditemukan bahan gelang 5 buah, fragmen bahan gelang 2 buah, sisa bahan gelang 4 buah, fragmen sisa bahan gelang 11 buah, calon beliung 2 buah, batu pukul 4 buah.
Kemudian dilakukan eksavasi pada 3 test pit dengan temuan tatal, sisa bahan gelang, fragmen gelang dan sebuah keramik asing. Satu hal yang menarik dari situs ini adanya temuan batu basalt dijadikan landasan (anvil stone) di dalam kegiatan perbengkelan, yang ditunjukan oleh temuan batu-batu basalt yang permukaannya retak dan pecah akibat benturan serta konsentrasi tatal yang tersear di sekitarnya.
Saat kami berkunjung Situs Karangjoho yang masih ada tinggal Situs Karangjoho II. Seperti halnya di Trondol Kidul, juga terpasang papan penanda yang menunjukan lokasi itu sebagai sebuah Cagar Budaya. Pusatnya ada di atas bukit yang sudah berbagi dengan pemakaman keluarga. Pada bekas test pit ada tugu penandanya dengan bongkahan batu rijang, tatal terserak di sekitarnya.
Situs Limbasari dan Arjosari
Situs ini yang paling luas, mulai dari pekarangan sebelah utara SD Limbasari sampai ke kuburan desa di sebelah selatan. Lokasi situs merupakan tebing Kali Tungtunggunung pada batas timurnya dan sebelah baratnya dibatasi jalan Limbasari -- Arjosari. Pada penelitian 1981 dan 1983 dilakukan survei permukaan dan ekskavasi yang menggali 6 buah kotak di sekitar SD. Temuannya berupa tatal dalam jumlah melimpah, bungkah-bungkah batu calon beliung, bahan gelang, sisa bahan gelang, fragmen gelang, serta belung dan kapak corong.