'Kali Ilang Kedunge', Sebuah Kenyataan
Budayawan Agus Sukoco menyatakan tema diskusi ini memang relevan dengan kejadian yang terjadi. Menurutnya, 'Kali Ilang Kedunge' memang sebuah kenyataan. "Banyak lubuk sungai yang menjadi tempat bermain di saat saya kecil sekarang sudah tidak ada lagi," katanya.
Menurutnya, perlu perubahan paradigma budaya untuk memperbaiki lingkungan. Misalnya, menempatkan sungai sebagai halaman depan yang harus dijaga. Ia menyebutkan ada konsep dalam Budaya Jawa 'Memayu Hayuning Bawono', yang artinya 'mempercantik kecantikan bumi'. "Dengan demikian, kita ditugaskan bukan hanya menjaga tetapi mempercantik bumi yang sudah cantik," katanya.
Agus Sukoco juga mengajak menumbuhkan kembali kearifan masyarakat jaman dahulu yang sangat menghormati lingkungan. "Dulu, kita sangat menghormati air sebagai sumber penghidupan sehingga (tuk) mata air, belik (sendang), kedung (lubuk) selalu dijaga, mari hal itu kita lestarikan kembali," ajaknya
Yudhia Patriana, pengawas Perumda Tirta Perwira menyatakan pihaknya mengelola 17 mata air dan tentunya terpengaruh dengan keadaan lingkungan. Oleh karena itu, tentu saja pihaknya membuka lebar-lebar kolaborasi dalam pelestarian lingkungan.
Sementara, Kepala Dinas Pertanian Mukodam menyebutkan kerusakan lingkungan juga berdampak terhadap produktivitas pertanian. Pihaknya, berupaya untuk menyarankan petani praktek-praktek budidaya tanaman yang lebih ramah lingkungan.
Tindak Lanjut
Diskusi berlangsung sampai tengah malam dengan hasil kongkrit disepakati aan dilakukan aksi dalam waktu dekat ini. Pecinta alam dan lintas komunitas sepakan untuk melanjutkan pelaksanakan program konservasi seperti penanaman bersama, bersih sungai, pemeliharaan mata air, edukasi juga melakukan langkah-langkah advokasi untuk menyentuh tataran kebijakan yang lebih berwawasan lingkungan. "Tentunya dengan kolaborasi, koordinasi yang lebih baik dan melibatkan semua pihak," pungkas Kris Hartoyo.
Ustadz Amir Abdilah dari Djuguran Ngaji yang menutup dengan tausiyah dan doa menyebutkan bahwa melestarikan alam, termasuk sumber mata air merupakan tugas agama. Nabi Muhammad SAW dalam hadist disebutkan melarang untuk penggunaan air berlebihan, bahkan dikala wudhu. "Wudhu dengan air berlebihan nabi kita juga tidak menyarankan dan menyebut hal yang makruh," katanya.