Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Calon Arang dan Pagebluk Corona

5 Juli 2021   14:00 Diperbarui: 5 Juli 2021   15:17 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah baca kisah / legenda / cerita rakyat Calon Arang? Atau setidaknya yang generasi 90-an ke atas pernah nonton filmnya yang dibintangi Suzana dan Berry Prima lah ya.. hehe

Kisah singkatnya begini...

Calon Arang adalah seorang dukun sakti mandraguni dari Kerajaan Daha. Ia punya padepokan yang murid-muridnya kebanyakan ciwi-ciwi seksi.

Suatu hari, Calon Arang murka karena banyak warga yang kasak-kusuk gosipin dia karena statusnya janda. Calon Arang semakin muntab karena anaknya, Ratna Mengali gak laku-laku. Meski cantik dan semblohai, doi jomblo karena tak ada laki-laki yang mau dengannya...

"Gaes, Loe jangan mau sama Si Ratna, anak dukun, tukang tenung ntar di-ghosting dikit kena santet kita...," begitu kasak-kusuk rang-orang di pasar / kedai / cafe juga warung-warung kopi.

Gosip yang beredar begitu kejam dan tajam seperti silet sehingga hati Calon Arang pun terluka dan murka. Untuk memberikan pelajaran kepada masyarakat yang hobi ghibah dan bully wanita single parent itu, lalu Calon Arang membuktikan kesaktiannya. Ia membuka kitab tenung, merapal japa mantra untuk menyebarkan pagebluk.

Warga pun mulai terjangkit penyakit dari tenung yang dilepaskan Calon Arang. Ciri-cirinya : tubuh kadang panas, kadang dingin... "Panastis, bar panas terus atis," gitu kata Warga Daha keturunan Prabalingga.. 

Bagi yang imunnya tak kuat bisa ambruk. Parahnya sakitnya gampang menular. Sejak pertama terjadi di Dusun Girah, lokasi Padepokan Calon Arang, lalu tular-menular ke desa lain, se-kademangan, kadipaten lalu hampir seluruh Kerajaan Daha Raya terkena imbasnya

Singkat kata, Kerajaan Daha ambyar kena pandemi penyakit varian baru dari tenung Calon Arang yang susah dicari obatnya itu. Ekonomi lumpuh, balai pengobatan penuh sampai over kepasitas, para tabib banyak yang ikut tumbang, rakyat bergelimpangan. Daha, kerajaan besar yang 'gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja' itu akhirnya morat marit, kacau balau.

Sang Raja Daha bernama Erlangga pun pusing tujuh keliling. Ia segera mengeluarkan kebijakan dilematis, lockdown. Kawula Daha dilarang keluar rumah jika tak penting-penting amat. Resimen prajurit dari berbagai kesatuan diperbantukan untuk menjaga keamanan kerajaan.

Erlangga juga berpikir keras untuk mencari obat penangkal. Satu-satunya cara, Calon Arang harus ditangkap. Sebagai penyebar, Ia pasti punya penawarnya.

Prajurit terbaik dikerahkan untuk meringkus dukun cantik tapi berkemampuan 'nggegirisi' itu. Apa mau dikata, mereka semua kalah sakti dengan Calon Arang, pulang tinggal nama.

Akhrinya, untuk memupus pagebluk sekaligus menaklukan janda sakti itu, Erlangga meminta bantuan Empu Barada, seorang resi sakti dan linuwih. Empu Barada yang sudah terlalu tuwir  lalu mengutus murid andalannya bernama Bahula.

Empu Barada ini cerdik, otaknya cemerlang. Ia atur strategi jitu menghadapi Calon Arang. Kebetulan, Bahula muridnya itu tamvan dan gagah. Wajahnya rupawan, badannya atletis. Dadanya bidang dan perutnya sixpack gitu.. maka, langkah pertama disuruhnya Bahula untuk memikat Ratna Mangali, anak gadis semata wayang Calon Arang.

Pas dengan dugaan dan strategi Barada, Ratna Mangali gadis yang minim pengalaman asmara termehek-mehek sama Bahula yang ganteng plus jago menggombal. Singkat kata, sepakat untuk kimpoi lah mereka.

Sebelum kawin, Bahula dan Mangali menghadap Calon Arang mohon restu. Sebagai ibu, hati Calon Arang pun tersentuh dan luluh. Sebelum pesta kawinan, Ia keluarkan obat penawar, mantra pagebluk ditarik. Pandemi pun berakhir, Daha kembali aman.

 

Namun, ancaman belumlah sirna, Calon Arang masih punya buku primbon tenung yang sewaktu-waktu bisa dipakai membuat malapetaka lagi kalau doi lagi sensi. Gaswat kan!? Maka, tugas baru diberikan ke Bahula : Buku Tenung itu kudu dimusnahkan tanpa sisa.

Bahula lagi-lagi memanfaatkan Mangali untuk menyelesaikan misi berat itu. Ia nurut dong sama suami sehingga dicurinya buku itu dari perpustakaan ibunya. Berhasil! Buku itu pun diserahkan Bahula dan lalu dimusnahkan.

Setelah tahu ulah menantu dibantu anaknya sendiri, Calon Arang murka. "Sompret, menantu kurang ajar, sudah gue kasih kawin sama anak gue, loe manfaatin anak gue buat nyuri buku tenung gue yang paling berharga, sialan loe ya!?," katanya sambil ambil sapu untuk menggebuk Bahula.

Akan tetapi tanpa buku saktinya, Calon Arang hanyalah ibu-ibu biasa yang sukanya ngomel-ngomel kalau lagi sendi. Ia kewalahan menghadapi Bahula plus gurunya Empu Barada yang juga turun tangan. Akhirnya, Calon Arang berhasil dikalahkan. Ia pun binasa.

Daha kembali mandali, aman dan terkedali. Siap 86 ndan...!

Bagaimana dengan Ratna dan Bahula...? Mereka berdua berusaha berdamai dengan masa lalu dan melanjutkan mahligai perkawinan untuk membina keluarga yang sakinah mawadah warahmah.

Tamat

Eh, kok judulnya ada Coronanya Om?

Intinya jaga kesehatan Coyyy... Jangan lupa madang dan bahagia. Semoga corona seperti badai, pasti berlalu, kalau yang jangan cepat-cepat berlalu itu kemesraan saja.

Ya mbok, cocok??

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun