"Kita memiliki sejarah manis kejayaan industri tembakau, dengan kerjasama berbagai stakeholder kejayaan itu bukan tidak mungkin akan kita raih kembali," katanya.
Belajar Dari Sejarah
Budayawan Purbalingga Agus Sukoco menyatakan bahwa fakta-fakta bahwa Purbalingga pernah mengalami kejayaan tembakau bisa menjadi kaca benggala untuk bisa belajar pada sejarah. Â
Ia meyakini keputusan Belanda untuk menanam tembakau dan komoditas perkebunan lainnya di Purbalingga dengan pertimbangan dan penelitian mendalam sehingga bisa berhasil dengan baik.
"Jadi, sebenarnya kita tinggal merawat dan menduplikasi warisan Belanda jika ingin mengembalikan kejayaan tembakau di Purbalingga," katanya.
Agus menilai Pemerintah Kabupaten Purbalingga perlu mempelajari sejarah untuk membuat berbagai kebijakan yang tepat sasaran. "Kita dikaruniai lahan yang demikian subur, berarti Tuhan menugaskan kita untuk mengolah lahan subur itu. Jangan lari dari anugerah Tuhan jika kita ingin maju dan berkembang," katanya
Tindak Lanjut
Sementara itu, Bappelitbangda menyatakan siap untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan pengembangan tembakau di Purbalingga. "Tahun 2020 bisa kita anggarkan demplot-demplot dan pendampingan petani tembakau," ujar Sukram, Kepala Bidang Ekonomi Bappelitbangda Kabupaten Purbalingga. Demplot tersebut akan menjadi percontohan untuk memotivasi petani kembali membudidayakan tembakau.
Selain di sektor hulu yang terkait dengan budidaya, juga ada usulan dari TACB agar dibangun Museum Mini Tembakau Purbalingga. "Museum itu bisa dibangun di situs tempat GMIT dulu beroperasi, yaitu di wilayah Kelurahan Kandang Gampang yang saat ini sudah menjadi PT Indekores Sahabat," kata Adi Purwanto, anggota TACB.
Museum tersebut bisa menjadi pengingat bahwa di Purbalingga pernah mengalami kejayaan tembakau. Isi museum bisa merupa dokumentasi mengenai pabrik-pabrik tembakau, alat-alat pengolah tembakau dan benda-benda yang terkait dengan industri serta budidaya tembakau.
Selain itu, Kepala Bidang Pariwisata Prayitno mengusulkan agar pengembangan industri tembakau bisa disinkronisasikan dengan pengembangan pariwisata. "Selama ini kalau ingin karya wisata industri biasanya hanya ke pabrik permen davos atau ke pabrik rambut, kenapa tidak nantinya kita bisa karyawisata ke kebun tembakau dan pabrik rokok," ujarnya.