Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Wiro Sableng, Pendekar Pilih Tanding yang Merana dalam Asmara

1 Maret 2018   14:14 Diperbarui: 1 Maret 2018   14:24 2943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wiro Sableng 212 (Foto : devianart.com)

Ganteng, baik hati, atletis  dadanya bidang perutnya enam kotak, kocak alias jago mencairkan suasana, lihai mengeluarkan gombalan plus sakti mandraguna ternyata bukan jaminan urusan asmaranya lancar. Mau tahu contohnya pria yang ditakdirkan celaka seperti itu?

Jawaban atas pertanyaan itu salah satunya adalah Wiro Sableng, Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212. Sampai tamat, murid Eyang Sinto Gendeng tuh masih perjaka tulen, belum kawin dan belum pernah hooh hoohan. Pernah kawin, cuma kawin settingan. Penah mau hoohan, dalam pengaruh pelet atau dalam rangka menolong orang lain dan berakhir kentang alias kena tanggung doang.

Padahal ya, jikalau plot umum dibawah ini :

Pendekar gagah menolong perempuan, jatuh cinta, jadian, kawin.

Teman seperjuangan, witing tresno jalaran soko kulino, jadian, kawin.

Dijodohkan sama gurunya, awalnya nggak mau, akhirnya mau banget, jadian, kawin.

Jika plot itu berlaku, niscaya pendekar dengan nama asli Wiro Saksono yang lahir dari ibu bernama Suci dengan ayah bernama Raden Ranaweleng itu mungkin sudah ratusan kali kawin. Akan tetapi kenyataanya tidak. Cowo culun nolong cewe cakep saja bisa jadian, ini pendekar ganteng nan sakti kagak jadian padahal cewenya udah ngarep abis.  Kalau pendekar lain sama-sama berjuang menumpas kejahatan menumbuhkan kebersamaan, benih-benih cinta gampang tersemai, lalu kawin mawin akan tetapi Wiro tidak.

Kalau dipikir-pikir kurang apanya si bliyo ini? Jejak petualanganya dashyat.  Penjelajahan Wiro membentang dari  Tanah Rencong di ujung timur Swarna Dipa,  mendaki Puncak Singgalang di Andalas, menikmati keindahan Ngarah Sianok di Tanah Minang, berkeliling seantero Jawa, menjelajah Tanah Pasundan, singgah  di Pulau Dewata, sampai melancong ke Tiongkok dan Jepang bahkan ke negeri antah berantah bernama Latanahsilam.

Pada setiap wilayah yang dia jelajahi, Ia selalu menebar kisah harum : memberantas kejahatan, membasmi kemungkaran. Tak terhitung wanita cantik yang diselamatkanya dari para durjana pemetik bunga, berpuluh pendekar jelita silih berganti menemaninya. Namun, apa daya Wiro tetap jomblo dan bukan hanya jomblo biasa tapi JNNM alias Jomblo Ngenes Nyaris Mubazir.

Kalau Wiro sigap, mau puan seperti apa aja saja ada.  Jika melihat status, ada wanita biasa ada, putri bangsawan, ratu bahkan gundik pun ada, tentu saja  yang sama-sama dari dunia persilatan banyak. Kalau melihat asal, ada yang dari wanita jawa, mojang priangan, gadis dari Aceh, Minang, Batak, Amoy China, kembang Jepun ada sampai awewe yang berasal dari Latanahsilam atau wanita dari alam roh sekalipun ada yang mau sampai termehek-mehek sama Wiro.

Mau ciri fisik yang bagaimana?Gadis cantik eksotik dengan sepasang mata biru yang bisa tembus pandang ada Ratu Duyung. Mau yang ramping, anggun, bermata hijau rambut pirang yang udelnya bodong dan bisa mengeluarkan geni biru ada Pandan Wangi alias Bidadari Angin Timur. Kalau mau yang rambut hitam bodi semlohai ada Anggini murid Dewa Tuak yang sudah dijodohkan dengan dirinya. Mau yang kecantikannya sampai bikin iri para peri ada Luhcinta, mau yang cakep tur gampangan ada Luhtinti, mau yang tubuhnya selalu menyebarkan bau harum tanpa pakai rexona ada Bunga si Dewi Bunga Mayat. Sederet nama ini juga tidak ada yang jelek, ada Puti Andini cucu Tua Gila, Luhrembulan, Purnama, Peri Angsa Putih, Sri Kemuning, Srindi, Nyi Roro Mangut, Suti, Ratna Kaliangan, Ning Intan dan lainnya.

Dasar Wiro Katro! Coba yang jadi Wiro kayak pria seperti kita. Pasti anaknya udah dimana-mana. Kawin, pergi, kawin, pergi.

Kawin 1

"Dinda, aku harus meninggalkanmu untuk memberantas kejahatan disana"

"Baiklah Kanda, aku relakan kepergianmu"

Kawin 2.

"Dinda, aku tak mau membahayakan keselamatanmu. Aku harus pergi agar penjahat itu tak lagi menggangumu"

"Baiklah kanda, pergilah"

Kawin 3

Dan seterusnya..

Ya, memang Bastian Tito, sang pencipta Wiro, bukan sembarang sastrawan. Ia satrawan jempolan. Pasti, ada maksud terpendam kenapa Wiro dibuat merana dalam cinta.

Pertama, Wiro adalah pendekar pembasmi kejahatan bukan laki-laki biasa yang ditakdirkan harus memilih jalan pedang. Mana bisa Ia harus konsentrasi memberantas kejahatan kalau masih harus membagi pikirannya dengan urusan asmara yang seringkali melelahkan. Banyak lelaki hebat di dunia ini enggan kawin yang untuk berkonsentrasi mewujudkan cita-citanya, contohnya ada Gajah Mada, Ceng Ho, Galileo Galilei, Edmon Kirsch dan lainnya.

Kedua, Wiro pendekar baik budi, tentu tidak ingin membahayakan orang lain apalagi orang yang dicintainya. Tentu pula Ia tak tega melihat istri atau kekasihnya atau anaknya nanti merana jika Ia harus berkalang tanah saat berjuang membasmi kemunkaran.

Ketiga, Bastian Tito ingin memberikan wejangan cinta bahwa wanita itu butuh kepastian. Wiro dijadikan kaca benggala bahwa ketidakpastian alias ke PeHaPe-an-nya kepada wanita harus dibayar dengan resiko ditinggalkan. Secinta-cintanya wanita jika tak diberi garansi kepastian lelah juga, mereka menyerah, lalu memilih move on. Bidadari Angin Timur contohnya yang memilih untuk membuka lembaran baru dengan Hantu Jatilandak.

Keempat, bokapnya Si Vino G. Bastian itu juga mau bilang bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Sudah ganteng, sakti, kocak, baik budi dan dikelilingi wanita cantik tak jaminan urusan asmara lancar. Tak semua cerita harus happy ending, adapula yang harus diakhiri kesedihan, kekecewan bahkan dendam.

Kelima, ini pesan yang paling penting. Lelaki nakal boleh tapi harus ada batasanya. Contoh Wiro, meski banyak wanita termehek-mehek bukan berarti kamu bebas untuk menikmatinya apalagi menyakitinya. Pada dunia yang semakin edan ini, Wiro semakin relevan sebagai teladan. Suatu ketika Wiro lagi ngobrol soal pribadi dengan Ratu Duyung. Wiro ditanya soal hubunganya dengan wanita dan status keperjakaanya. Pendekar pilih tanding itu menegaskan kalau zina mata, tangan, telinga mungkin ia sudah melakukanya berkali-kali, tapi zina badaniah belum.

"Kalau zina mata atau tangan atau telinga mungkin sudah pernah aku lakukan. Aku bukan manusia tanpa rasa. Tapi kalau zina badaniah yang kau maksudkan, itu belum pernah melakukan. Tuhan masih memeliharakanku dari yang satu itu..." kata Wiro menjawab pertanyaan Ratu Duyung.

Aih, beraaatzz bukan...?

--

Gak Sabar Nunggu Film ini Tayang (Foto : malangtoday.com)
Gak Sabar Nunggu Film ini Tayang (Foto : malangtoday.com)
Tulisan ini didedikasikan untuk menyambut Film Wiro Sableng yang bentar lagi tayang. Thanks buat Bastian Tito dan Firdaus Asykar (mojok.co) atas inspirasinya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun