Aku baru saja meletakan pantat di kursi 10 C, gerbong 4, kereta api Taksaka Gambir-Purwokerto saat seorang gadis bule berambut blonde kepayahan menaruh tas carrier warna biru super besar di bagasinya. Aku bergegas membantunya, Ia tersenyum manis, aku balas. "Terimakasih," ujarnya dengan logat khas bule. Akhirnya, Ia duduk, aku juga. Kitapun saling pandang dan mulailah obrolan.
"Hei, mau kemana?"
"Ke Jogja"
"Kamu dari mana"
"Aku dari Berlin, Jerman. Kamu tahu Berlin?"
"Oh, tentu saja, Berlin kota yang terkenal di Jerman bukan? Kota penuh sejarah dan pernah terbagi dua, barat dan timur"
"Ya, biasanya orang lebih kenal Munchen atau Hamburg, Dortmund"
"Mmh, saya punya teman di Leipzig. Namanya Adrew. Dia orang serbia, imigran di negaramu. Istrinya orang Puerto Rico". (Tampaknya dia terkesan karena saya tau Leipzig. Padahal, aku hanya jumpa sekilas di Lombok dengan pasangan itu.. hehe)
"Oh ya? Saya lahir dan sampai sekolah junior disana. Baru kemudian pindah ke Berlin"
"Ngomong-omong boleh kenalan, Saya Igoen," ujarku sambil mengulurkan tangan
"Yohana," ujarnya singkat. "Kamu darimana?"