Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kala Politisi Adu Puisi

2 April 2014   16:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:11 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada fenomena menarik dalam hajatan pesta demokrasi kali ini. Kampanye para politisi tak hanya menghadirkan perang kata-kata, slogan dan janji-janji politik. Para politisi juga saling sindir. Uniknya, medianya tak cuma lewat orasi mengebu-gebu tetapi juga melalui puisi. Sesuatu yang jarang terjadi, politisi beradu puisi.

Pelakunya kali ini tokoh dua partai yang dulunya merupakan kawan seiring dalam bingkai oposisi, yaitu, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) diwakili oleh Fadi Zon, wakil ketua umum dan PDI Perjuangan membalas lewat Fahmi Habsyi, politisi muda banteng moncong putih.

Retaknya hubungan antar dua partai menjadi pangkal persoalan penyebab dan topik perang puisi itu. Gerindra merasa dikhianati dengan langkah Megawati Soekarnoputri memberikan mandat kepada Joko Widodo untuk nyapres. Padahal, dulu Mega dan Prabowo Subianto bergandengan tangan untuk merebut kursi RI 1 dan RI 2. Tahun ini, seharusnya gentian PDI perjuangan yang seharusnya mendukung Prabowo menjadi presiden. Begitu katanya tertuang dalam perjanjian Batu Tulis

Mega dan Jokowi menjadi sasaran puisi-puisi Fadli. Sementara, Fachmi menyerang balik dengan membuat puisi satir menyerang Prabowo.

[caption id="attachment_318123" align="aligncenter" width="300" caption="Perang Puisi Fadli Zon vs Fachmi Bascyi (www.inilah.com)"][/caption]

Berikut puisi-puisi Fadli dan Fahmi:

Pertama, Fadli menyerang melalui puisi berjudul ‘Air Mata Buaya’. Puisi ini menggambarkan paradoksal kelakuan seseorang yang bermuka dua, pengkhianat yang bermuka malaikat. Fadli secara tersirat menampakan kegeraman kepada sosok yang digambarkanya dalam puisi ini. Anda bisa menebak kan siapa tokoh yang ingin diserangnya?

AIR MATA BUAYA

Kau bicara kejujuran sambil berdusta
Kau bicara kesederhanaan sambil shopping di Singapura
Kau bicara nasionalisme sambil jual aset negara
Kau bicara kedamaian sambil memupuk dendam
Kau bicara antikorupsi sambil menjarah setiap celah
Kau bicara persatuan sambil memecah belah
Kau bicara demokrasi ternyata untuk kepentingan pribadi
Kau bicara kemiskinan di tengah harta bergelimpangan
Kau bicara nasib rakyat sambil pura-pura menderita
Kau bicara pengkhianatan sambil berbuat yang sama
Kau bicara seolah dari hati sambil menitikkan air mata
Air mata buaya

Fadli kembali bersyair. Dalam karya keduanya ini, tangan kanan Prabowo ini jelas-jelas ingin menyerang Jokowi. Gubernur DKI itu digambarkan sebagai ‘ikan merah, kerempeng nan lincah’. Disukai banyak orang, tapi hanya cocok tinggal di akuarium saja. Ikan merah itu akan menjadi santapan ikan-ikan buas ketika coba-coba masuk ke dalam lautan luas.

[caption id="attachment_318138" align="aligncenter" width="300" caption="Finding Nemo, Ikan kecil vs Hiu Predator (www.orgsociety.org)"]

1396405337233598662
1396405337233598662
[/caption]

Ini puisinya :

SAJAK SEEKOR IKAN

Seekor ikan di akuarium
Kubeli dari tetangga sebelah
Warnanya merah
Kerempeng dan lincah

Setiap hari berenang menari
Menyusuri taman air yang asri
Menggoda dari balik kaca
Menarik perhatian siapa saja

Seekor ikan di akuarium
Melompat ke sungai
bergumul di air deras
Terbawa ke laut lepas

Di sana ia bertemu ikan hiu, paus dan gurita
Menjadi santapan ringan penguasa samudera

Fadli Zon, 29 Maret 2014

Tak rela pemimpinya terus disindir Fadli, PDI Perjuangan pun menyerang balik. Mereka mengutus sastrawan muda Facmi Habsyi untuk membelasnya. Fahmi menulis sajak ‘Pemimpin Tanpa Kuda’. Tampaknya, Ia ingin menyentil Prabowo Subianto yang pernah berkampanye mengendarai kuda super mahal dengan mengembar-gemborkan program yang diklaim pro rakyat.

[caption id="attachment_318130" align="aligncenter" width="300" caption="Prabowo dan Kudanya (www.tempo.co)"]

1396405126797939206
1396405126797939206
[/caption]

Ironi itu ditulisnya dalam puisi berikut ini :

PEMIMPIN TANPA KUDA

Masa kompeni telah berlalu lama
Tak ada jarak rakyat dan centeng
Masa perang telah berganti damai
Tak ada jarak prajurit dan panglima

Masa gagah-gagahan telah tak laku
Tak ada jarak manusia dan manusia

Kejantanan telah berubah
Tak ada amarah dipunggung kuda

Bung Karno blusuk Cipagalo beralas nestapa
Temukan Marhaen tanpa asa

Pemimpin tak perlu kuda
Rakyat tak suka gaya
Cukup Tuhan Punya Kuasa

Cianjur, 30 Maret 2014

Fadli tampaknya memang sudah menunggu umpanya bersambut. Tak perlu waktu lama, Ia menelurkan syair satir berjudul ‘Sandiwara’. Tampak jelas Ia ingin menyerang Jokowi yang digambarkan sebagai orang yang ingkar atas janji-janjinya.

Inilah syairnya


SANDIWARA

Kau berjanji atas nama Tuhan
Di bawah sumpah kitab suci Al Quran
Kau bilang lima tahun pengabdian
Melayani warga penuh kesungguhan

Kau berjanji di hadapan rakyat
Disaksikan berjuta mata dan telinga
Kau bilang setia memegang amanat
Menyelesaikan masalah berat ibukota

Kini semua sirna sudah
Janji dan sumpah menjadi sampah
Kata-kata kehilangan makna
Tong kosong nyaring bunyinya

Kau berjanji pada rakyat
Di tengah upacara khidmat
Tuhan hadir di sana
Ternyata kau hanya bersandiwara

Fadli Zon, 31 Maret 2014

Fachmi, eks aktivis '98 dan merupakan salah satu pendiri Pro Jokowi kemudian membalas lagi. Ia menuliskan sebuah puisi berjudul Rempong tak lama setelah Fadli menyebar sajak ‘Sandiwara’ ke media masa.

Ini puisinya :

REMPONG

Seribu caci maki diungkap
Seribu sumpah serapah diucap
Sejuta cara membara
Sejuta siasat menjerat

Tapi. . . .

Sejuta doa melesat
Sejuta asa terangkat

Ini bukan perang pandawa dan kurawa Juga bukan dunia samudera

Hanya 'perang kembangan' dalan pewayangan
Tak ada gurita juga paus hanya anak negeri mengabdi

Berikan cinta untuk negeri
Berikan bukti untuk sanubari

Sejarah tak mungkin dipungkiri
Sejarah juga tak akan lupa
Jejak diri terbawa mati
Jejak ilahi selalu abadi

Nyepi teringat Krisna berucap pada Arjuna : "Karmanye Vadhikaraste Ma Phaleshu Kadachana"
Lakukan tugas jangan hitung untung rugi!

Bukankah kitab-Nya tertulis : Mereka berencana (jahat), Allah juga punya rencana (jahat), dan Allah sebaik-baiknya perencana. . . .

Gitu aja kok rempong. . . .!

FAHMI HABCYI untuk Indonesia Raya nan Hebat

Lido, Nyepi 31 Maret Tahun Saka 1936

NB : Puisi-puisi karya Fadli dan Fahmi dikutip dari www.detik.com dan www.inilah.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun