Nafas-nafas pertamaku bisa jadi nafas-nafas terakhir yang ku hembuskan
Dan hari-hari hidup pertamaku mungkin jadi hari terakhirku bersedu-sedan
Pernah saat itu juga aku iri dengan manusia dan segala kemapanan
Yang saat bayi boleh merengeki susu ibunya tanpa enggan
Yang tangisannya meluluhkan hati setiap tatapan
Beda denganku, yang harus merengek dan menangis dalam timbunan
Yang tak seorang pun dengar, selain mungkin doa ibu dan bapakku dari kejauhan
Ya, aku kadang dendam dengan kehidupan
Namun ibuku dan bapakku, juga alam dan tuhannya, seperti punya tujuan
Mungkin tanah benar, bahwa kaki, paruh, dan sayapku akan lebih kuat dari anak ayam
bahwa perjuangan yang dibungkus ketulusan tak akan berbuah bualan