Di saat perasaanku, satu-satunya hal yang bisa aku pertahankan untuk tidak direlakan kepada orang lain, harus direlakan,
Apa reaksi kalian? Apa respon kalian? APA?
Tidak ada.
Kalau kesulitanku membuat banyak pihak bahagia, tak masalah.. aku mau.
Aku tidak tahu lagi kemana aku harus mengadu, kemana aku harus berteriak, berseru, memohon, meringkuk untuk diselamatkan.
Merasakan diri saja sudah tak mampu, sudah hilang arah.
Segala yang aku pikirkan adalah orang lain.
Ah, yang penting mereka senang.. yang penting semua orang bahagia dengan keinginannya sendiri.
Menelan keegoisan, sudah biasa.
Diri sendiri? Kata apa itu?
Semua terasa abu-abu.
Anganku buram, tidak jelas, tidak terarah.
Saat aku punya cukup keberanian untuk menghitamkannya, aku harus pindah.
“Kamu itu hidup seperti alien..”, kata temanku.
Ya, dibalik keceriaan, kelucuan, kekuatan yang orang pikirkan tentangku, inilah aku.
Aku yang tertutup. Introvert.
Tidak ada yang menyangka, bukan?
Tidak ada yang peduli juga.
Aku ini orang paling pandai.
Menyembunyikan kelelahanku dari orang terdekat,
Rasa cemburu,
Rasa ingin memiliki tapi lebih baik kuserahkan kepada orang lain saja,
Rasa untuk unggul tapi kubiarkan itu jadi punya orang lain,
Hebat.. saya sangat hebat dalam hal itu.
Ingin rasanya aku berteriak!
Meluapkan segala kekecewaan,
Segala amarah,
Rasa sakit yang telah lama terpendam di dalam hati,
Terkemas rapi dengan rasa belas kasihan pada orang lain.
Namun.. ah, sudahlah.
Peduli apa orang orang itu terhadapku?
Tulisan ini pun, mereka anggap apa?
Hanya mereka baca sebagai karya anak muda biasa.
Mereka tidak pernah tahu,
Dan tidak mau tahu, mungkin?
Kalau apa yang tertulis ini adalah
Coretan dari perasaan yang luka
***
Tulisan di atas hanyalah fiktif belaka. Tidak bermaksud menyinggung pihak manapun, jadi tidak perlu ada yang merasa jadi pihak yang 'menjahati' si aku. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H