Mohon tunggu...
Iftitah Rahmawati
Iftitah Rahmawati Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, penulis puisi di IG dan penulis buku puisi BUBUK (Bumbu-Bumbu Kehidupan)

Berusaha menjadi manusia pembalajar yang tak pernah lelah untuk terus belajar untuk menyebarkan kebermanfaatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyelami Jejak-Jejak Toleransi Secara Virtual

14 Agustus 2021   21:01 Diperbarui: 14 Agustus 2021   21:40 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ayu Kartika Dewi memberi sambutan penutupan Akademi 2020 Milenial Islami

Dialah Daden Raga, peserta di kategori video. Daden ini mengindap cerebal palsy suatu gangguan perkembangan otak yang melemahkan pergerakan motoriknya.

Saat kondisi serba terbatas, tapi dia mampu masuk 10 besar video terbaik mengenai toleransi. Aktif dan antusias mengikuti OCA. Ketika mengunjungi IG-nya, banyak kegiatan yang diikutinya dan telah menerbitkan buku puisi, novel.

Melihat keterbatasan Daden, membuat pertemuan perdana OCA malam itu menancapkan petir dalam hatiku. Dari situ aku berpikir Daden memang berbeda tapi dia tak patah arang untuk berkarya. Nah sedangkan aku yang masih diberi kesempurnaan fisik dan otak kadang putus asa dalam berkarya.

Nah kali ini coba kembali lagi di momen saat Daden bertanya. Jujur aku enggak terdengar jelas maksudnya apa. Tapi kak Jennie dengan santai, tenang dan senyum ramahnya mampu menangkap maksud Daden dan menjawab dengan penuh pengertian layaknya penyampaian kakak kepada adeknya.

OCA (Onlie Class Akademi Milenial Islam) mampu menumbuhkan rasa toleransi dari realita sederhana yang kaya makna. Sejatinya toleransi bukan hanya dibaca dalam berbagai buku, tapi dapat dicontoh dari suri tauladan perilaku toleransi di sekitar kita dan selanjutnya perlu mengimplemntasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Menyuburkan rasa empati

Sebenarnya di pertemuan perdana OCA tidak hanya realitas toleransi yang aku dapatkan namun keminderan diri yang aku rasakan. Iya aku minder sama 99 peserta yang masih muda dengan karya yang kreatif. Selain itu secara waktu padat karena harus kerja, ada potensi tidak fokus mengikuti OCA.

Terus pernah muncul niatan yang penting datang di zoom meeting dan pasif gitu. Padahal aku setiap event apapun banyak kepo dan aktif bertanya.

Eh ketika kak Ayu memberi sambutan selamat datang bagi peserta OCA. Ada pesan kak Ayu yang mampu memotivasiku untuk tidak minder menggali ilmu di OCA, "Tidak ada pertanyaan yang bodoh, tidak ada pertanyaan sederhana".

Nah dari situ rasa PD mulai tumbuh kembali dan yakin bahwa selama OCA enggak perlu malu bertanya, seharusnya banyak bertanya sampai mendapat jawaban tercerahkan dan bisa mengembangkan potensi lebih optimal.

Quote inspiratif kak Ayu, aku post di story sambil mention dia. Eh di repost donks di IG kak @ayukartikadewi. Terus kak Ayu katanya janji juga untuk mampir di kelas OCA. Eh beneran kak Ayu menepati janjinya. Saat kelas menulis bersama kak Agus Mulyadi, kak Ayu ikutan nimbrung juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun